sikap dan keterampilan. Belajar bisa pula diartikan sebagai suatu proses yang membutuhkan pemahaman mengenai apa yang diketahui siswa dan apa yang dibutuhkan siswa dalam belajar matematika. d. Prinsip Belajar, bahwa siswa harus belajar matematika dengan afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman berasaldari guru, siswa, sarana-prasarana maupun kurikulum yang ada. 3. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya Ada lima jenis keterampilan dasar yang dapat dijadikan sebagai indikator kemampuan proses sains siswa yang meliputi keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan mengobservasi, keterampilan yaitu (1) ketajaman indra; (2) persepsi; (3) intelegensi; (4) ukuran fisik; (5) pengalaman masa lalu; (6) kesanggupan; (7) emosi; (8) motivasi; (9) sikap; (10) faktor-faktor kepribadian yang lain; (11) jenis kelamin dan; (12) usia. Dapat disimpulkan keterampilan gerak dapat dipengaruhi oleh. adatidaknya informasi tentang kesehatan.13,14 Seseorang yang mempunyai penjelasan mengenai kesehatan atau fasilitas kesehatan akan cenderung melakukan perilaku kesehatan yang baik. Berdasarkan penelitian yang yang mempengaruhi sikap dan perilaku ibu hamil terhadap HIV.20 Selain petugas kesehatan, sumber lain dapat berupa guru, alim ulama . Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan bahwa aspek perilaku pada kompetensi keterampilan yang dapat dimiliki peserta didik terdiri atas 1 keterampilan abstrak, merupakan kemampuan belajar yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan; 2 keterampilan konkret, merupakan kemampuan belajar yang mencakup aktivitas meniru, mencipta, memodifikasi, merangkai, melakukan, dan menguraikan. Mengembangakan kemampuan abstrak dan 40 kemampuan konkret peserta didik disesuaikan dengan karakteristik muatan pembelajaran. Beberapa deskripsi yang termasuk pada aspek perilaku kemampuan belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Aspek Kemampuan Belajar Aspek Kemampuan Belajar Deskripsi Mengamati Peserta didik mengamati objek, membaca tulisan, mendengarkan penjelasan, membuat catatan yang tentang yang diamati, kesabaran, waktu on task yang digunakan untuk mengamati Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik dapat berupa faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik Mencoba Peserta didik mengumpulkan informasi dan mencoba sesuai dengan jumlah dan kualitas sumber yang digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi, dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menalar Peserta didik mampu mengembangkan interpretasi, mensintesis, argumentasi, dan kesimpulan keterkaitan antara berbagai jenis fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan. Mengomunikasikan Menyajikan hasil dari mengamati sampai menalar dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, dan multi media. 41 Aspek perilaku keterampilan konkret kompetensi keterampilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Aspek Perilaku Keterampilan Konkret Aspek Keterampilan kongkret Deskripsi Persepsi perception Menunjukan perhatian untuk mengenali objek melalui pengamatan dan mengolah hasil pengamatan dalam pikiran Kesiapan set Menunjukan kesiapan mental, fisik, dan emosi untuk berinteraksi Meniru guided response Melakukan peniruan dan pengembangan respon baru melalui trial and error Membiasakan gerakan mechanism Munculnya respon-respon baru dan performance skill dalam berbagai bentuk Mahir complex or overt response Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi Menjadi gerakan alami adaptation Pengembangan keterampilan diciptakan sendiri berdasarkan perilaku yang sudah dikuasai Menjadi tindakan orisinal origination Mampu mengembangkan kreativitas gerakan baru yang alami dan sulit ditiru sehingga menjadi ciri khasnya Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang kurikulum sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah dijelaskan bahwa aspek perilaku pada kompetensi keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik mengacu pada KI IV mencoba, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam teori. Cara menilai aspek perilaku pada kompetensi keterampilan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi menggunakan rubrik 42 penskoran. Nilai akhir diperoleh dari rerata capaian optimum nilai tertinggi berdasarkan kegiatan yang dilakukan peserta didik seperti praktik/unjuk kerja, pembuatan proyek, pembuatan produk, pengumpulan portofolio secara terpisah. Hasil akhir dilengkapi dengan deskripsi kemampua peserta didik.. 2 Teknik dan instrumen menilai kompetensi keterampilan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan bahwa kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan konkret. Kompetensi tersebut dapat dinilai menggunakan 1 penilaian unjuk kerja/praktek, 2 projek, 3 Produk, 4 Portofolio, 5 Tertulis. Berikut akan dijelaskan lebih rinci tentang teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi a Penilaian unjuk kerja/praktek Penilaian yang digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu atau suatu aktivitas dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penilaian unjuk kerja, yaitu 1 Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untuk menunjukan kemampuannya. 2 Kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja. 3 Kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 4 Kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak sehingga dapat diamati. 43 5 Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan langkah pekerjaan yang akan diamati. Instrumen untuk mengamati unjuk kerja/praktek peserta didik dapat berupa daftar cek dan skala penilaian rating scale. Daftar cek digunakan untuk memberikan penilaian pada penguasaan kompetensi tertentu yang dapat diamati pada diri peserta didik, sedangkan skala penilaian digunakan untuk memberikan nilai secara kontinum terhadap penguasaan kompetensi peserta didik. Rentang angka dari angka tidak sempurna sampai sempurna menjadi skala penilaian. Misalnya 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang. b Penilaian projek Projek adalah penilaian terhadap tugas-tugas belajar learning tasks yang diberikan kepada peserta didik mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki, dan kemampuan menginformasikan peristiwa, fenomena, atau kegiatan secara jelas. Menurut Sunarti dan Selly Rahmawati 2014 63 menjelaskan ada 3 tiga hal yang perlu dipertimbangkan oleh pendidik dalam melakukan penilaian projek yaitu 1 kemampuan pengelolaan kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan; 2 relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, 44 pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran; 3 keaslian proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karya sendiri, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek tersebut. Instrumen penilaian proyek menggunakan penskoran hasil kinerja yang meliputi skor penilaian dan lembar penilaian proyek berupa kriteria penilaian atau rubrik. Rubrik penskoran dinyatakan menggunakan skala penilaian menggunakan tingkat skala atau kriteria sebagai berikut 4 Tingkat skala dinyatakan dalam 4 tingkat, 5 tingkat dan 6 tingkat. Misalnya 4 tingkat, skala 1 untuk tingkat kinerja terendah dan skala 4 untuk tingkat kinerja tertinggi. 5 Respon menggunakan skala tingkat Kurang D, Cukup C, Baik B, Sangat Baik A atau Tidak Pernah TP, Kadang-kadang KD, Sering SR, Selalu SL. c Produk Penilaian produk adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam membuat produk-produk, teknologi, dan seni, seperti makanan, pakaian, sarana kebersihan, alat-alat teknologi, hasil karya seni, dan barang-barang terbuat dari kain, kayu, keramik, plastik, atau logam. Pelaksanaan penilaian pada pembuatan produk meliputi 3 tiga tahapan yang perlu dinilai yaitu 1 tahap persiapan, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan 45 mengembangkan gagasan, dan mendesain produk; 2 tahap proses pembuatan produk, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik; 3 tahap hasil, meliputi penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Cara untuk menilai produk dapat menggunakan, yaitu 1 cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan baik persiapan, proses, dan hasilnya; 2 cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, dilakukan hanya pada hasil atau tahap penilaian produk. Instrumen yang digunakan untuk menilai produk menggunakan skala penilaian yang berisi aspek dan skala penilaian. Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang akan dinilai. Skala penilaian menggunakan skala tingkat 1-4. Rentang angka dari angka tidak sempurna sampai sempurna menjadi skala penilaian. Misalnya 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang. d Portofolio Portofolio merupakan penilaian seluruh karya atau dokumen peserta didik secara individu pada satu periode untuk satu mata pelajaran. Informasi perkembangan kemampuan peserta didik tersebut dilakukan terus-menerus dan bersifat reflektif untuk melakukan perbaikan. Portofolio 46 dilakukan untuk melihat dinamika perkembangan kemampuan belajar peserta didik melalui karya-karya. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian portofolio 1 menentukan kompetensi dasar KD yang akan dinilai dan diinformasikan kepada peserta didik pada awal semester; 2 merumuskan tujuan pembelajaran; 3 menjelaskan tentang tujuan penggunaan, macam dan bentuk serta kriteria penilaian dari kinerja dan atau hasil karya peserta didik; 4 menentukan kriteria penilaian; 5 menentukan format pendokumentasian hasil penilaian portofolio yang meliputi memuat topik kegiatan tugas portofolio, tanggal penilaian, dan catatan pencapaian; 6 menyiapkan map yang diberi identitas nama peserta didik, kelas/semester, nama sekolah, nama mata pelajaran, dan tahun ajaran sebagai wadah pendokumentasian portofolio peserta didik. Instrumen portofolio menggunakan instrumen daftar cek yang berisi kompetensi dasar, tanggal pembuatan, aspek yang diamati, dan komentar dari guru. e Tes tulis Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan bahwa tes tulis dapat digunakan untuk menilai kompetensi keterampilan selain untuk menilai kompetensi pengetahuan. Kompetensi keterampilan 47 yang dapat dinilai menggunakan tes tulis seperti menulis karangan, menulis laporan, dan menulis surat. Instrumen tes tulis yang digunakan tidak jauh beda dengan tes tulis pada penilaian komoetensi pengetahuan, yaitu berbentuk soal. Bentuk soal tertulis dapat berupa memilih jawaban pilihan ganda, dua pilihan benar-salah; ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat dan menyuplai jawaban isian atau melengkapi, jawaban singkat, dan uraian. Kompetensi Sikap Pengetahuan dan Keterampilan dalam Proses Pembelajaran Sains -Sesuai dengan Muslich, 200815-16 beberapa pengertian kompetensi menurut beberapa ahli dn Depdiknas adalah sebagai berikut Kompetensi menurut Hall dan Jones adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kekampuan yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan Spencer dan Spencer mengatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan atau kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan. Ini berarti bahwa kompetensi tersebut cukup mendalam dan bertahan lama sebagai bagian dari kepribadian seseorang sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang ketika berhadapan dengan berbagai situasi atau masalah; kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi perubahan laku. Richards menyebutkan bahwa istilah kompetensi mengacu pada perilaku yang dapat diamati, yang diperlukan untuk menuntaskan kegiatan sehari-hari dengan berhasil. Jika dilihat dari sudut pandang ini, maka hasil pembelajaran seharusnya juga dirumuskan sesuai dengan harapan pihak-pihak yang akan menggunakan lulusan sekolah sehingga rumusannya berhubungan dengan tugas dan pekerjaan yang kelak akan dikuasai peserta didik. Sementara Puskur, Balitbang, Depdiknas memberikan rumusan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasi oleh peserta didik dalam pembelajaran PP 74/2008. Peserta didik dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dengan tujuan meningkatkan kompetensi peserta didik. Dalam Muslich, 200816 Apabila dianalisis lebih lanjut, kompetensi ini terdiri atas beberapa aspek. Hal tersebut dapat dilihat oleh pembagain menurut para ahli berikut Bloom dkk 1956 menganalisis kompetensi ini menjadi tiga aspek, yang masing-masing mempunyai tingkatan yang berbeda, yaitu kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Sementara Hall dan Jones membedakan kompetensi menjadi lima jenis yaitu kompetensi kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan perhatian; kompetensi afektif, yang meliputi nilai, sikap, minat, dan apresiasi; kompetensi penampilan yang meliputi demonstrasi keterampilan fisik dan psikomotorik; kompetensi produk, yang meliputi keterampilan melakukan perubahan; dan kompetensi eksploratif atau ekspresif, yang menyangkut pemberian pengalaman yang mempunyai nilai kegunaan dalam prospek kehidupan. Proses pembelajaran diperlukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran. Kompetensi itu sendiri merupakan tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu SK. Mendiknas No. 045/U/2002. Definisi lain menyatakan kompetensi sebagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Jadi, kompetensi merupakan integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku. Berdasarkan paparan di atas, maka peserta didik dikatakan telah mencapai kompetensi jika telah memenuhi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai mata pelajaran yang diikutinya. Ranah Kognitif Ranah kognitif merupakan ranah hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan pikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengetahuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Secara singkat, ranah kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan intelektual. Bloom dalam Bundu 2006 mengklasifikasi ranah hasil belajar kognitif atas enam tingkatan, mengingat C1, memahami C2, mengaplikasikan C3, menganalisis C4, mengevaluasi C5, dan mencipta C6. Berikut keterangan masing-masing kategori Taksonomi Bloom yang telah direvisi. Tabel 1. Dimensi Aspek Kognitif Kategori Nama Lain Identifikasi MENGINGAT—mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. 1. Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. 2. Mengingat Kembali Mengambil Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. MEMAHAMI—mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. 1. Menafsirkan Merepresentasikan Merepresentasikan suatu kasus 2. Mencontohkan Memberi contoh Menemukan contoh kasus 3. Mengklasifikasikan Mengelompokkan Menentukan sesuatu dalam satu kategori 4. Merangkum Menggeneralisasi Membuat poin pokok dari suatu permasalahan 5. Menyimpulkan Menyarikan Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima 6. Membandingkan Mencocokkan Menentukan hubungan antara dua ide 7. Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab-akibat dari suatu sistem MENGAPLIKASIKAN—menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. 1. Mengeksikusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familiar 2. Mengimplementasikan Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familiar contoh menggunakan hukum Newton kedua padda konteks yang tepat MENGANALISIS—memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. 1. Membedakan Menyendirikan, Memilah, Memfokuskan, Memilih Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan. 2. Mengorganisasi Menemukan Memadukan, Membuat garis besar, Mendeskripsikan peran, Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam suatu struktur 3. Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, nilai, atau maksud di balik materi pelajaran MENGEVALUASI—mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar. 1. Memeriksa Mengkoordinasi, Mendeteksi, Memonitor, Menguji Menemukan kesalahan dalam suatu produk 2. Mengkritik Menilai Menemukan kesalahan antara suatu produk dan kriteria eksternal MENCIPTA—memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil. 1. Merumuskan Membuat hipotesis Membuat hipotesis berdasarkan kriteria 2. Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan tugas 3. Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk Ranah Afektif Ranah penilaian hasil belajar afektif adalah kemampuan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau penilaian suatu obyek. Menurut Bloom 1987 Tim Pekerti, 2007 aspek-aspek domain afektif ada 6, yaitu menerima/mengenal, merespon/berpartisipasi, reaksi terhadap gagasan, menilai/menghargai, mengorganisasi, dan mengamalkan. Menerima/mengenal, yaitu bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus yang masĆ­h bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan. Merespons/berpartisipasi, yaitu keinginan berbuat sesuatu. Reaksi terhadap gagasan, benda atau sistem nilai—lebih dari sekedar mengenal. Menilai/menghargai, yaitu keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu gagasan, benda, atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai/harga/makna. Mengorganisasai, yaitu menunjukkan keterkaitan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai lain. Karakterisasi/internalisasi/mengamalkan, yaitu mengintegrasikan nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, serta perilakunya selalu konsisten dengan filsafat hidupnya tersebut. Berbeda dengan Bloom, Anderson dalam Robert K. Gable; Tim Pekerti, 2007, menyatakan bahwa aspek-aspek afektif meliputi attitude/sikap, self concept/self-esteem, interest, value/beliefs as to whatshould be desired. Ranah Psikomotorik Menurut TIM pekerti UNS, 2007, ranah ketrampilan motorik atau psikomotor dapat diartikan sebagai serangkaian gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas. Sejak lahir manusia memperoleh keterampilan-keterampilan meliputi gerakan-gerakan otot yang terpadu atau terkoordinasi mulai paling sederhana misalnya berjalan, hingga hal lebih rumit; berlari, memanjat, dan sebagainya. Akan tetapi psikomotorik yang diperlukan oleh seorang tenaga profesional adalah seperti mengemudi mobil, berenang, mengambil darah dari pembuluh vena, mengajar, harus dikembangkan secara sadar melalui proses pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui dengan jelas peran penting komponen kompetensi peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Kompetensi peserta didik dalam skenario pembelajaran terumuskan dalam kompetensi inti, diukur dalam kompetensi dasar, ukurannya terlihat dalam indikator pembelajaran, diaktualisasikan dalam tujuan pembelajaran dan peserta didik yang melaksanakan Permendikbud No 81A Tahun 2013. Kompetensi peserta didik mencakup kompetensi sikap, baik kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Secara ideal, seharusnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran ketiga kompetensi tersebut dapat terlaksana dengan seimbang. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar berikut[wpspoiler name=ā€Buka Gambarā€ ] [/wpspoiler] Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan Di dalam penyusunan perangkat pembelajaran, idealnya sudah memuat ketiga komponen itu, baik dari pemilihan materi, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Kompetensi peserta didik yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan ini menuntut keterampilan proses pada pelaksanaan pembelajaran sains. Seorang guru sains harus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran sains dengan pemperhatikan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan materi implementasi kurikulum 2013, kompetensi sikap spiritual yang diharapkan yaitu peserta didik dapat menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Kompetensi sikap sosial diharapkan peserta didik mempunyai sikap menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan kebersamaan. Kompetensi pengetahuan mengarahkan peserta didik mempunyai pengetahuan factual, koseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Pada kompetensi keterampilan gambaran idealnya peserta didik dapat mencoba, mengolah dan menyajikan dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Ada empat kompetensi guru yang harus dimiliki sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dalam kompetensi profesional terdapat bahwa guru harus menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Untuk kompetensi guru sains SMP antara lain 1 Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori sains serta penerapan secara fleksibel. 2 Memahami proses berpikir sains dalam mempelajari proses dan gejala alam. 3 Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan gejala alam. 4 Memahami hubungan antar berbagai cabang sains, dan hubungan sains dengan matematika dan teknologi. 5 Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum alam sederhana. 6 Menerapkan konsep, hukum, dan teori sains untuk menjelaskan berbagai fenomena alam. 7 Menjelaskan penerapkan hukum-hukum sains dalam teknologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 8 Memahami lingkup dan kedalaman sains sekolah. 9 Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan sains. 10 Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerja/ belajar di laboratorium sains sekolah. 11 Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung dan piranti lunak komputer untuk meningkatkan pembelajaran sains di kelas dan laboratorium. 12 Merancang eksperimen sains untuk keperluan pembelajaran atau penelitian. 13 Melaksanakan eksperimen sains dengan cara yang benar. 14 Memahami sejarah perkembangan sains dan pikiran – pikiran yang mendasari perkembangan tersebut. Hal yang telah dibahas seperti tersebut di atas merupakan Kondisi Ideal. Untuk mengetahui Realita yang terjadi dalam Proses Pembelajaran silakan klik di sini [wpspoiler name=ā€Buka Referenceā€ ] Reference Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta Depdiknas. _______. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asasmen Refisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. ________ . 2008. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74, Tahun 2008, tentang Guru. _________ . 2002. SK Mendiknas No 045/U/2002, Tahun 2002, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Kemendiknas. 2013. Permendiknas No 81A, Tahun 2013, tentang Implementasi kurikulum 2013. Muslich, M. 2008. Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta Bumi Aksara. Tim Pekerti UNS. 2007. Panduan Penilaian Belajar. Surakarta UNS. [/wpspoiler] Download Perangkat Pembelajaran Semua Mata Pelajaran Kurikulum 2013 SMP Revisi 2017 Download Perangkat Pembelajaran Semua Mata Pelajaran Kurikulum 2013 SMP Revisi 2017 Download Perangkat Pembelajaran Semua Mata Pelajaran Kurikulum 2013 SMP Revisi 2017 Post Views 11,468 Pengertian keterampilan secara umum pasti kamu sudah tahu. Keterampilan atau Kemampuan selalu disebut-sebut sebagai skill yang dimiliki oleh seseorang. Membicarakan tentang skill, memang ada banyak ragam kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang. Ada keterampilan dibidang menulis, dibidang public speaking, ada juga keterampilan dibidang olahraga, dibidang matematika dan dibidang kepemimpinan pun ada. Membicarakan variasi keterampilan pun tidak akan pernah habis untuk dibahas satu persatu. Setelah membicarakan ragam bentuk keterampilan, ketermapilan apakah yang kamu kuasai? Atau sampai saat ini Anda belum menemukan sama sekali keterampilan? Tenang karena keterampilan itu dapat diciptakan dan dilatih, asal ada kemauan dan keseriusan untuk mempelajari. Keterampilan itu bukanlah sesuatu hal yang mustahil dilakukan. Jadi, buat kamu yang memiliki mimpi, harapan yang membutuhkan keterampilan, kamu tidak perlu khawatir. Karena kamu bisa menciptakan dan melatihnya. Tentunya dengan memperkaya diri dengan wawasan dan keilmuan. Daftar Isi 1Pengertian Keterampilan Menurut Para Ahli1. Marvin Dunette2. Nadler3. Muzni Ramanto, Soemarjadi dan Wikdati Zahri4. Spencer5. Ricky W. Griffin6. Gordon7. Hari Amirullah8. Robbins9. Singer10. Robert L KatzPenutup Keterampilan adalah? Kembali lagi fokus ke pengertian keterampilan, ternyata para tokoh dan ahli pun juga memiliki banyak pendapat dan sudut pandang tentang keterampilan loh. Penasaran? Langsung saja kita simak pendapat mereka sebagai berikut. 1. Marvin Dunette Berbeda dengan pendapat Dunette yang mengartikan bahwa keterampilan sebagai pemikiran seseorang bahwasanya keterampilan yang dimiliki pada orang lain adalah bentuk proses mendapatkan pengetahuin yang diperoleh lewat proses latihan, training atau lewat pengalaman yang bervariasi. Dunette juga menyampaikan bahwa keterampilan adalah kapasitas yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan tugas dalam rangka mengembangkan diri. 2. Nadler Nadler pun juga berpendapat mengenai keterampilan, dimana keterampilan adalah proses untuk mengembangkan potensi dan sebagai bentuk proses penggalian seseorang. Tentu saja lewat beberapa cara dan bentuk kegiatan. Intinya keterampilan ini diimplementasikan dalam bentuk praktek secara langsung dan berkelanjutan. 3. Muzni Ramanto, Soemarjadi dan Wikdati Zahri Kata keterampilan dalam bahasa lain merujuk pada kecekatan. Jadi pengertian keterampilan secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang mampu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan benar. Jika seseorang tersebut mengerjakan dengan cepat dan masih ada kesalahan, maka tidak masuk dalam kategori cekatan. Jika seseorang mengerjakan pekerjaan dengan lamban, namun dapat diselesaikan dengan baik, maka orang tersebut disebut dengan terampil. 4. Spencer Pengertian keterampilan menurut spencer membagi menjadi beberapa jenis seperti yang dikutip dari jurnal researchgate. a. Kemampuan concern for order CO Pertama, keterampilan concern for order atau yang disingkat dengan CO, dimana orang yang termasuk dalam golongan ini adalah orang yang memilki motivasi dalam diri untuk meminimalisir ketidakpastian yang dihadapinya. Khususnya perihal masalah pekerjaan, informasi, data dan instruksi, orang jenis ini sangat memperhitungkan. b. Intiative INT Ada juga yang disebut dengan Intiative atau disingkat dengan INT. Orang jenis ini adalah orang yang memiliki dorongan ingin tampil lebih menonjol dari kebutuhan atau tuntutan pekerjaan untuk melakukan sesuatu. c. Impact and Influence IMP Ada juga disebut dengan Impact and Influence atau IMP yang lebih menekankan pada tindakan untuk mempersuasi, meyakinkan dan mempengaruhi seseorang demi mendukung tujuannya. d. Keterampilan information seeking Jenis keterampilan yang terakhir adalah information seeking atau INFO yang merupakan besarnya usaha tambahan yang dikeluarkan tidak lain untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. 5. Ricky W. Griffin Pengertian keterampilan juga disampaikan oleh Ricky W. Griffin yang membagi keterampilan menjadi dua hal. yaitu a. Keterampilan Manajemen Waktu Pertama adalah keterampilan manajemen waktu. Ternyata kemampuan memenajemen waktu dengan bijak dan benar termasuk keterampilan. Baca juga 23 Tips Manajemen Waktu Agar Menjadi Orang Sukses Ricky W Griffin menekankan bahwa keterampilan ini merujuk pada kemampuan seorang manajer dalam memanfaatkan waktu yang dimiliki menjadi lebih bijaksana. b. keterampilan dalam membuat keputusan Bentuk keterampilan yang kedua menurut Ricky W. Griffin adalah keterampilan dalam membuat keputusan. Lagi-lagi ini sebenarnya masih ada hubungan dengan entrepreneurship dan kepemimpinan. Jadi keterampilan mengambil keputusan merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dan kemampuan dalam menemukan problem solving secara tepat dan bijaksana. Baca juga Dasar-Dasar Yang Diperlukan Untuk Menentukan Pilihan Hidup 6. Gordon Pengertian keterampilan menurut Gordon adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Dimana kemampuan yang dimilikinya bentuk dari implementasi dari system pelaksanaan pekerjaan atau aktivitas kegiatan. Keterampilan yang dimaksud Gordon bisa menekankan pada pengalaman atau proses belajar yang pernah dipelajari. 7. Hari Amirullah Beda tokoh tentu saja beda gagasan, salah satunya pengertian keterampilan menurut Hari Amirullah, yang menekankan keterampilan pada perbuatan pengembangan proses diri untuk terus menurus belajar. 8. Robbins Pengertian keterampilan menurut Robbins memiliki empat macam keterampilan, yang terdiri dari a. basic literacy skill Basic literacy skill, yang menekankan pada kemampuan dasar yang sudah dimiliki oleh seseorang. Keterampilan dasar yang dapat dilihat adalah keterampilan mendengarkan, keterampilan menghitung, keterampilan menulis dan keterampilan membaca. b. technical skill Kedua adalah keterampilan technical skill yang menekankan padar proses pembelajran yang dilakukan secara khusus sesuai dengan bidangnya. Bidang yang termasuk technical skill adalah ketrampilan mengoperasikan komputer, keterampilan merakit handphone dan masih banyak lagi. c. interpersonal skill Robbin juga menyebutkan macam keterampilan lain, yaitu keterampilan interpersonal skill, yaitu keterampilan yang memfokuskan pada kemampuan dasar yang dimiliki seseorang untuk melakukan komunikasi. Baik dalam bentuk komunikasi individu ke individu, individu ke kelompoak dan masih banyak lagi. Hal yang termasuk dalam interpersonal skill adalalh kemampuan untuk mengemukakan pendapat secara mudah dipahami. d. problem solving Terakhir, ketrampilan problem solving yang mana seseorang memiliki kemampuan secara potensial yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk memcahkan masalah. Umumnya orang yang memiliki keterampilan ini memiliki kemampuan logika dan kemampuan kognitif yang baik. 9. Singer Pengertian keterampilan menurut Singer adalah keberhasilan seseorang dalam mengerjakan pekerjaan dan keberhasilan menyelesaikan pekerjaan ini dilakukan secara konsisten. 10. Robert L Katz Pendapat lain tentang pengertian keterampilan juga disampaikan oleh Robert L Katz. Beliau mengidentifikan keterampilan menjadi beberapa bentuk, berikut penjelasannya a. Kemampuan technical skills Pertama, keterampilan teknik atau technical skills. Seseorang yang memiliki keterampilan ini memiliki kompetensi spesifik. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas secara teknis dan proseduran akan lebih menonjol dan cekatan. Adapun yang termasuk keterampilan teknik, yaitu yang berhbuungan dengan pengetahuan dilapangan yang sifatnya spesialisasi. b. Keterampilan administrasi Kedua, keterampilan administrasi. Keterampilan ini adalah kemampuan dalam mengurus pencatatan, mengatur informasi yang akan dilaksanakan. Orang yang memiliki keterampilan ini juga memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi hambatan apa yang mungkin mengancam dan pandai pula dalam melihat kemampuan kebijakan dan procedural. c. keterampilan hubungan manusia Ketiga, keterampilan hubungan manusia. Dimana orang yang memiliki keterampilan ini memiliki kelebihan untuk memahami orang lain dan mampu memotivasi individu ataupun kelompok. Orang yang memiliki keterampilan ini cocok bekerja dibidang manajemen atau personalia. d. keterampilan konseptual Keempat, keterampilan konseptual. Barangkali kamu sudah tidak asing lagi dengan keterampilan satu ini. Yap, keterampilan konseptual adalalh kemampuan seseorang dalam melakukan koordinasi dan mengintegrasi kepentingan seseorang. Tidak hanya itu saja, orang yang memiliki skill ini juga memiliki kelebihan dalam menganalisa, menginterpretasi ifnormasi yang diterima dengan baik. pekerjaan yang cocok untuk keterampilan ini adalah masuk dibagian manajemen atau sebagai developer. e. kemampuan diagnostic Terakhir adalah kemampuan diagnostic. Mungkin kamu merasa asing dengan istilah satu ini. jadi keterampilan diagnostic menurut Robert L Kantz adalah keterampilan yang menekan pada kemampuan seseorang dalam menentukan sebuah keputusan hanya lewat analisa dan pengujian hakekat dari kondisi-kondisi khusus yang ada. Disebutkan juga bahwa keterampilan diagnostic adalah keterampilan yang menunjukan kemampuan seseorang secra tepat untuk memperoleh sebab yang benar dari situasi tertentu hanya lewat data, ataupun lewat observasi dan fakta. Penutup Keterampilan adalah? Itulah beberapa pengertian keterampilan menurut para tokoh dari berbagai perspektif. Membicarakan tentang pengertian keterampilan menurut para ahli jika dijabarkan satu-satu tidak akan bisa habis. Karena ada banyak sekali variasi dan pendapat. Bahkan, kamu pun juga bisa saja loh mendfinisikan secara mandiri. Hanya saja pendapat kita mungkin tidak akan digugu lan dituru, karena kita bukanlah siapa-siapa, dan bukanlah orang Ć¢ā‚¬ā€œorang besar yang memiliki banyak penemuan atau melakukan banyak kajian. Sedangkan suara para tokoh dan ahli apapun yang dikatakan akan menjadi pedoman dan pembelajaran. Hal ini karena faktor kredibiltas dan integfitas dari si tokoh. Dan itulah perbedaan orang besar dan orang biasa-biasa saja. Nah, barangkali setelah membaca sedikit pembahasan ini kamu pun kelak menjadi salah satu tokoh ahli, perluas ilmu pengetahuan kamu dengan membaca Buku Pendidikan. Sehingga apa yang kamu katakana di masa yang akan datang akan didengarkan dan akan menjadi panutan. Sekian, semoga pembahasan ini bermanfaat. Kontributor Irukawa Elisa Penyunting Ridwan Karim Penilaian adalah pengumpulan informasi dari hasil belajar peserta didik. Secara umum penilaian hasil belajar dibagi menjadi tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Instrumen penilaian yang digunakan guru sangat beragam sesuai kondisi lapangan yang dirasakan oleh guru tersebut. Tujuan dari artikel ini adalah mendiskusikan tentang pengembangan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam pendidikan jasmani. Penelitian ini merupakan kajian review tentang ā€œpengembangan instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilanā€ dengan menggunakan pendekatan kajian kepustakaan. Analisis data yang digunakan melalui pendekatan kualitatif menggunakan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Hasil dari review kepustakaan ini menunjukkan bahwa penilaian sikap adalah nilai dari budi pekerti peserta didik baik secara individu maupun sosial selama mengikuti pelajaran di sekolah yang dikembangkan sesuai dengan komponen yang ingin diukur melalui non-tes. Selanjutnya penilaian pengetahuan merupakan hasil nilai kompetensi peserta didik dalam menggunakan akal pikiran dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru dengan alat ukur berupa tes. Kemudian penilaian keterampilan dapat diartikan nilai yang diperoleh dari unjuk kerja, baik berbasis proses maupun produk, dalam pendidikan jasmani biasanya hasil kemampuan gerakan olahraga dengan rubrik penilaian tes yang valid dan reliabel. Kesimpulan dari kajian review yaitu dalam mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran, syarat utamanya minimal adalah valid, reliabel, dan objektif. Dengan instrumen yang baik, maka nilai yang diperoleh peserta didik mencerminkan kemampuan mereka yang sesungguhnya, sehingga mudah untuk memberikan tindak lanjut maupun umpan balik setelah pembelajaran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 31 Kajian Review Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga Pinton Setya Mustafa1, Ndaru Kukuh Masgumelar2 Universitas Islam Negeri Mataram1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantur Malang2 pintonsetyamustafa ndarukukuhmasgumelar Penilaian adalah pengumpulan informasi dari hasil belajar peserta didik. Secara umum penilaian hasil belajar dibagi menjadi tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Instrumen penilaian yang digunakan guru sangat beragam sesuai kondisi lapangan yang dirasakan oleh guru tersebut. Tujuan dari artikel ini adalah mendiskusikan tentang pengembangan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam pendidikan jasmani. Penelitian ini merupakan kajian review tentang ā€œpengembangan instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilanā€ dengan menggunakan pendekatan kajian kepustakaan. Analisis data yang digunakan melalui pendekatan kualitatif menggunakan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Hasil dari review kepustakaan ini menunjukkan bahwa penilaian sikap adalah nilai dari budi pekerti peserta didik baik secara individu maupun sosial selama mengikuti pelajaran di sekolah yang dikembangkan sesuai dengan komponen yang ingin diukur melalui non-tes. Selanjutnya penilaian pengetahuan merupakan hasil nilai kompetensi peserta didik dalam menggunakan akal pikiran dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru dengan alat ukur berupa tes. Kemudian penilaian keterampilan dapat diartikan nilai yang diperoleh dari unjuk kerja, baik berbasis proses maupun produk, dalam pendidikan jasmani biasanya hasil kemampuan gerakan olahraga dengan rubrik penilaian tes yang valid dan reliabel. Kesimpulan dari kajian review yaitu dalam mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran, syarat utamanya minimal adalah valid, reliabel, dan objektif. Dengan instrumen yang baik, maka nilai yang diperoleh peserta didik mencerminkan kemampuan mereka yang sesungguhnya, sehingga mudah untuk memberikan tindak lanjut maupun umpan baik setelah pembelajaran. Kata Kunci Instrumen Penilaian; Keterampilan; Pendidikan Jasmani; Pengetahuan; Sikap Assessment is the collection of information from student learning outcomes. In general, the assessment of learning outcomes is divided into three aspects, namely attitudes, knowledge, and skills. The assessment instruments used by the teacher vary according to the field conditions felt by the teacher. The purpose of this article is to discuss the development of assessment of attitudes, knowledge, and skills in physical education. This research is a review study on ā€œDevelopment of an attitude, knowledge and skill assessment instrumentā€ using a literature review approach. Analysis of the data used through a qualitative approach using data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this literature review indicate that attitude assessment is the value of the character of students both individually and socially during lessons at school which is developed according to the components you want to measure through non-tests. Furthermore, the assessment of knowledge is the result of the competence value of students in using their minds in absorbing the material taught by the teacher with a measuring instrument in the form of a test. Then the skill assessment can be interpreted as the value obtained from performance, both process-based and product-based, in physical education usually the result of sports movement ability with a valid and reliable test assessment rubric. The conclusion from the review study is that in developing learning assessment instruments, the main requirements are at least valid, reliable, and objective. With a good instrument, the value obtained by students reflects their true abilities, making it easy to provide follow-up and good feedback after learning. Keywords Assessment Instruments; Attitudes; Knowledge; Physical Education; Skills Diterima 20 Juli 2021 Disetujui 30 September 2021 Dipublikasikan 10 Februari 2022 Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 32 PENDAHULUAN Kegiatan penilaian merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan serta terpisah dalam sebuah pendidikan dan pembelajaran. Penilaian adalah proses penghimpunan dan cara mengolah informasi untuk menentukan ukuran capaian dari hasil belajar peserta didik Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016. Penilaian Hasil Belajar dari guru dapat dikatakan kegiatan penghimpunan informasi atau berbasis bukti tentang siswa dapat mencapai kompetensi sikap pengetahuan, keterampilan pada pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang dibuat dan dilakukan secara tersistem, baik ketika mebgikuti kegiatan pembelajaran maupun sesudahnya. Permendikbud RI No. 53 Tahun 2015. Dalam menjalankan tugas keprofesionalannya Guru dan Dosen mengenai penilaian disajikan dalam pasal 14 ayat 1f dan pasal 51 ayat 1f yaitu guru dan dosen memiliki kewenangan dalam memilih dan menentukan penilaian guna dalam menetapkan kelulusan peserta didik UU RI No. 14 Tahun 2005. Dengan demikian itu, maka dapat disebutkan bahwa penilaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap merupakan bagian yang hendak dan penting dilaksanakan oleh seorang pendidik untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran serta pendidikan dari peserta didik. Dalam pembelajaran perlu mendorong dan memberikan kesempatan siswa untuk berpikir ilmiah atau dikenal dengan pendekatan saintifik Mustafa & Winarno, 2020a, p. 79. Maksud dari penggunaan pendekatan santifik tersebut diharapkan memberikan stimulus bagi siswa untuk berbikir aktif, kritis, dan kreatif selama pembelajaran berlangsung Masgumelar & Mustafa, 2021, p. 55. Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memiliki target utama atau tujuan yang disajikan dalam rumusan kompetensi atau perilaku yang hendak dicapai untuk dimiliki peserta didik sesudah menyelesaikan aktivitas belajar. Untuk melihat tentang ketercapaian atau tidaknya tujuan utama dala pembelajaran serta kualitas aktivitas kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan, maka dibutuhkan sebuah suatu usaha penilaian dan evaluasi terhadap hasil kompetensi belajar peserta didik Mustafa & Dwiyogo, 2020, p. 435; Mustafa, Winarno, & Supriyadi, 2019, p. 1364. Pendidik perlu mengerti bahwa kemajuan belajar peserta didik adalah parameter keberhasilan dalam pembelajaran, apabila tujuan pembelajaran yang dapat dicapai oleh peserta didik sedikit tidak memenuhi target,maka dapat disebutkan terjadi ketidakberhasilan pada pendidik yang bersangkutan dalam melakukan pengajaran Komarudin, 2016, p. 30; Mustafa & Winarno, 2020b, p. 3. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil kompetensi belajar peserta didik dapat meningkat, maka dalam aktivitas belajar mengajar pendidik diperlukan suasana pembelajaran menyenangkan sehingga hasil yang didapat menjadi efektif dan melaksakan evaluasi sesuai porsi kompetensi siswa yang sedang dihadapi sepanjang pembelajaran Slamet & Maarif, 2014, p. 78. Semua peserta didik mempunyai modalitas belajar yang beragam, antara lain belajar dengan audio-visual, belajar dengan berkelompok, dan praktik secara langsung dalam proses belajar Syamsussabri & Sueb, 2018, p. 178. Oleh karena itu, setiap pada akhir pembelajaran dibutuhkan untuk dilaksanakan penilaian. Penilaian pembelajaran adalah proses memfasilitasi siswa dalam pemberian nilai yang berlandaskan dari hasil ukuran yang dijadikan patokan dengan kualitas indikator nilai yang telah disusun oelh pendidik Akbar, 2013, p. 88. Penilaian hasil belajar oleh pendidik yaitu guru dilaksanakan dengan cara menggunakan instrumen penilaian yang telah disusun dengan parameter yang tepat Permendikbud RI No. 53 Tahun 2015. Sehingga dalam sebuah penilaian maka diperlukan alat pengumpulan data capaian peserta didik yang disebut instrumen. Instrumen penilaian adalah salah satu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan evaluasi, kemudian evaluasi ialah salah satu alat yang memiliki parameter yang difungsikan oleh pendidik dalam melaksanakan aktivitas evaluasi dalam kegiatan pembelajaran maupun ketika mencari informasi dari hasil aktivitas belajar peserta didik Arikunto, 2013, p. 26. Instrumen evaluasi dalam pendidikan jasmani adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilan Dunham, 1994, pp. 123–170; Mustafa & Roesdiyanto, 2021, p. 62. Jadi guru pendidikan jasmani di akhir pembelajaran harus memberikan penilaian pengetahuan, keterampilan, serta nilai sikap yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu peran instrumen sangat penting dalam pengumpulan hasil Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 33 belajar peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana target pembelajarandapat dicapai. Penilaian hasil belajar peserta didik lebih sering dilaksanakan melalui tes. Tes adalah serentetan soal berupa kalimat tanya maupun pernyataan atau latihan atau kinerja jasmani yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan informasi parameter aspek keterampilan, pengetahuan atau kemampuan lainnya yang dipunyai oleh individu atau kelompok Nurrochmah, 2016, p. 5. Suatu alat tes pendidikan jasmani disebut baik jika memiliki kriteria antara lain 1 reliabilitas, 2 validitas, 3 objektivitas, 4 ekonomis atau minim biaya, 5 adanya norma, 6 mempunyai petunjuk cara melakukan dengan jelas, dan 6 adanya nilai-nilai edukasi didalamnya Winarno, 2004, p. 35. Sedangkan dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 pasal 5 prinsip penilaian hasil belajar antara lain 1 valid, 2 objektif, 3 reliabel, 4 koheren, 5 transparan, 6 integrasi dan kontinuitas, 7 terorganisasi, 8 memiliki kriteria acuan, 9 dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penilaian hasil belajar dalam pendidikan jasmani harus dilakukan mulai dari domain afektif, psikomotor, dan kognitif. Selain itu dalam pembuatan instrumen penilaian perlu memiliki kriteria dan prinsip yang ditentukan dalam teori dan landasan yuridis tersebut agar memiliki validitas, reliabilitas, dan objektivitas yang baik. Dalam penilaian hasil kegiatan belajar peserta didik dalam pendidikan jasmani di satuan pendidikan perlu mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Namun kenyataannya pernah terjadi berdasarkan dari data lapangan mengenai penilaian sikap yang pernah diobservasi oleh Hariadi 2017, p. 85 menunjukkan penilaian aspek afektif hanya dilakukan oleh sebagian kecil guru selama proses pembelajaran, dan nilai-nilai yang terpuji saja yang diberikan oleh sebagian besar guru terutama hanya dilakukan pada saat kegiatan pendahuluan saja, namun tidak dilakukan pada kegiatan pembelajaran inti dan penutup. Selain itu data lapangan mengenai penilaian pengetahuan yang pernah diobservasi oleh Ardyanto et al. 2016, p. 1898 menunjukkan bahwa hasil atau cara menilai tes pengetahuan tidak ditunjukkan ke dalam rubrik penilaian yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan parameter klasifikasi kemampuan siswa yang beracuan norma, sehingga nilai pengetahuan dilaksanakan hanya melalui Ujian Akhir Sekolah UAS saja yang dijadikan patokan guru dalam menilai knowledge siswa. Selain itu mengenai penilaian aspek psikomotor perlu disesuaikan dengan kondisi peserta didik, sebab berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Fransisca 2012, p. 6 kemampuan pemain tunggal putra usia 13-15 tahun telah dapat mencapai atau shuttlecock jatuh di area 3/4 panjang lapangan lawan dan belum tepat secara konsisten pada usia di atasnya pemain remaja, taruna, dan dewasa dalam teknik pukulan service panjang di lapangan pada klub PBSI Kota Semarang. Oleh sebab itu dibutuhkan penyusunan instrumen pukulan service panjang yang tepat untuk memonitor tingkat kemampuan atau skill dari hasil pukulan service panjang serta memantapkan keterampilan pukulan service panjang untuk atlet atau pemain bulu tangkis nomor tunggal putra usia 13-15 tahun. Dalam penilaian diperlukan kriteria ketuntasan belajar minimal yang diperoleh dari kebiajakan satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang dicapai, karakteristik peserta didik serta daya dukung Hariyanto & Mustafa, 2020, p. 35. Berdasarkan uraian permasalahan latar belakang di atas dalam melakukan penilaian pendidikan jasmani hendaknya harus mencakup aspek kognitif, psikomotor serta afektif. Domain penilaian hasil kegiatan belajar peserta didik memiliki cakupan berupa kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara adil dan proporsional sehingga dapat dijadikan untuk memberikan klasifikasi posisi secara relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah diimplementasikan Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016. Oleh karena itu maka setiap instrumen penilaian perlu dikembangkan dengan ketentuan dan prinsip-prinsip penyusunan penilaian yang mudah dimengerti oleh para pendidik serta mempunyai tingkat kevalidan yang berlandaskan kepada indikator hasil belajar. Dengan demikian assessment yang diimplementasikan bukan berdasarkan kepada produk saja, namun juga assessment proses dalam pembelajaran. Dengan alasan tersebut Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 34 umpan balik yang lebih tepat tentang pertumbuhan belajar peserta didik secara dinamis dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat diharapkan data dan bukti dukungnya. METODE Penelitian dalam artikel ini merupakan jenis penelitian kajian kepustakaan, yaitu mengkaji hasil penelitian yang telah ada untuk dianalisis sehingga menemukan konsep baru yang dapat dimanfaatkan di kemudian hari Budiwanto, 2017, p. 55. Prosedur penelitian yang digunakan terdiri dari 1 tahap persiapan dalam menentukan topik, 2 tahap pelaksanaan pencarian sumber referensi yang relevan, 3 Tahap menuliskan hasil temuan dari berbagai sumber referensi Creswell, 2012, p. 261. Pada tahap persiapan dalam penelitian ini adalah pemilihan topik tentang pengembangan instrumen penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai landasan dalam menelusuri sumber referensi yang relevan. Kemudian pada tahap pelaksanaan adalah mencari sumber-sumber yang relevan yang berkaitan dengan pengebangan penilaian sikap, pengetahuan, serta keterampilan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK. Sumber referensi ditelusuri dari buku maupun artikel yang telah diterbitkan oleh jurnal melalui online. Dalam penelitian ini hanya menyajikan masing-masing satu contoh pengembangan instrumen penilaian dari aspek sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Sehingga dengan kata lain hanya terdapat tiga jenis artikel yang diterbitkan dalam jurnal tentang pengembangan instrumen penilaian dalam bidang pendidikan jasmani. Langkah terakhir adalah meuliskan hasil penelusuran referensi menjadi ke bentuk uraian yang ringkas untuk bertujuan menarik kesimpulan. Adapun pada tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitaitif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Sugiyono, 2015a, p. 337. Pada tahap reduksi data dilakukan dari hasil temuan pernyataan para ahli yang disajikan dalam teoretis dan hasil penelitian yang dipublikasikan secara online dalam bentuk artikel. Selanjutnya diuraikan dengan penyajian kalimat singkat. Pada tahap akhir dapat diterik kesimpulan tentang pola-pola yang dilakukan dalam pengembangan instrumen penilaian sikap, pengetahuan, keterampilan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK. HASIL DAN PEMBAHASAN Ruang Lingkup Penilaian Sikap Penilaian sikap dapat juga dikatakan dengan penilaian afektif yaitu berkaitan dengan kondisi dalam keadaan perilaku mulai dari konsep diri, sosio-emosional, sportivitas, kolaborasi, dan sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang dilakukan oleh individu Komarudin, 2016, p. 41. Tujuan penilaian afektif meliputi sikap dan tingkah laku peserta didik berkenaan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pendidik yaitu guru atau pelatih Kusaeri & Suprananto, 2012, p. 60. Menurut Kusaeri & Suprananto 2012, pp. 60–61 Tingkatan domain sikap mengacu dalam taksonomi Krathwohl, Bloom, dan Masia yaitu meliputi 1 penerimaan receiving/attending, 2 merespons responding, 3 menghargai valueing, 4 mengatur organization, dan 5 menghayati characterizing. Adapun penjelasannya dari setiap tingkatan disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Krathwohl, Bloom, dan Masia pada Domain Afektif Penerimaan receiving/attending A1 Kesadaran peserta didik dalam atensi tanda-tanda atau stimulus/rangsangan tertentu. Merespons responding A2 Suatu kegiatan atau aktivitas aktif dalam berpartisipasi. Menghargai valueing A3 Menghargai gagasan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh individu lain. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 35 Mengatur organization A4 Gagasan serta ide dalam meneraokan nilai-nilai penghayatan ke dalam diri sendiri. Menghayati characterizing A5 Penyatuan dari semua sistem nilai yang telah dipunyai oleh peserta didik, yang dapat mengintervensi pola karakter serta kepribadian dalam bertingkah laku pada aktivitas keseharian. Sumber Kusaeri & Suprananto, 2012, p. 61 Dalam aspek teknik dan instrumen penilaian sikap yakni guru perlu melaksanakan penilaian kompetensi sikap melalui beberapa cara diantaranya 1 pengamatan/observasi, 2 penilaian teman sejawat peer evaluation, 3 penilaian diri self-assessment serta 4 jurnal yang dilakukan ketika pemebelajaran. Instrumen yang dijadikan pedoman dalam observasi, penilaian sejawat maupun penilaian diri sendidi dapat berupa daftar ceklist atau penilaian yang memiliki skala norma rating scale yang diberikan petunjuk serta keterangannya berupa rubrik penilaian. Sedangkan dalam jurnal pembelajaran yang dimiliki guru dapat berupa catatan lapangan Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut 1 Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memakai pancaindra, dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung dengan acuan observasi adalah pedoman yang berisi kriteria tentang apa saja indikator tingkah laku sikap yang diamati; 2 Penilaian diri ialah peserta didik menilai diri mereka sendiri untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan pada dirinya dalam aspek kompetensi yang telah dicapai maupun belum dikuasai. Lembar penilaian diri adalah instrumen yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian ini; 3 Penilaian sejawat adalah peserta didik saling menilai satu sama lain ketika pembelajaran berlangsung untuk memperoleh informasi pencapaian kemampuan kompetensi saat itu. Lembar penilaian sejawat dapat dipakai dalam instrumen penilaian ini; dan 4 Jurnal adalah berisi informasi hasil observasi tentang titik kelebihan serta kelemahan siswa yang dicatat oleh pendidik baik ketika pembelajaran maupun diluar pembelajaran dengan tujuan utama untuk mengumpulkan informasi perilaku mereka. Ruang Lingkup Penilaian Pengetahuan Penilaian pengetahuan dapat disebut dengan penilaian kognitif ialah suatu proses untuk mendapatkan dan memakai pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam mengalami proses perubahan dalam belajar, yang terdiri dari mengenali, mengingat, mencipta, dan pemahaman materi yang diberikan oleh guru mereka selama pembelajaran Komarudin, 2016, p. 62. Tujuan utama dari penilaian kognitif ini adalah mengetahui pencapaian dalam mengukur tingkat penguasaan peserta didik tentang kompetensi yang telah dicapai pada aspek pengetahuan. Menurut Kusaeri & Suprananto 2012, pp. 56–57 terdapat beberapa level domain pengetahuan atau kognitif berlandasakan dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari 1 pengetahuan, 2 pemahaman, 3 aplikasi, 4 analisis, 5 sintesis, dan 6 evaluasi. Adapun rincian dari maksud keenam level pengetahuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Bloom pada Domain Kognitif Menginat, fakta dapat dipelajari Meringkas, menjelaskan, kemampuan menafsirkan sesuatu. Permasalahan dapat dipecahkan dengan menggunakan kaidah-kaidah yang telah dipelajari. Memotong atau memilah-milah konsep ke menjadi rincian-rincian dan dapat membuktikan korelasi antar rincian menjadi kesatuan penuh. Ide-ide baru dapat diciptakan dengan berkreasi. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 36 Dapat menentukan keputusan dari kasus yang telah didapat. Sumber Kusaeri & Suprananto, 2012, p. 56 Dalam Permendikbud RI No. 53 Tahun 2015 Selain berdasarkan level penilaian pengetahuan dapat klasifikasi berdasarkan dimensi yang dapat dilihat melalui Tabel 3 berikut. Tabel 3. Dimensi Pengetahuan Pengetahuan tentang nama-nama istilah secara khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu. Pengetahuan tentang penglasifikasian atau kategori yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, serta pendefinisian dalam teoretis. Pngetahuan yang berkaitan tentang pola langkah, dapat berupa metode, teknik, kriteria untuk menemukan sebuah kesesuaian jawaban dalam kasus mata pelajaran tertentu. Pengetahuan diri, dimana secara mandiri dapat menggunakan pengetahuannya untuk mendapatkan pengetahuan baru dapat memahami pola pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakternya sendiri dalam memperoleh pengetahuan. Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 mengenai teknik dan instrumen penilaian pengetahuan yaitu Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut 1 Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran; 2 Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan; dan 3 Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Ruang Lingkup Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan atau disebut juga psikomotor berhubungan dengan skills atau keterampilan yang dimiliki peserta didik dalam melakukan gerak atau tindakan yang merupakan hasil dari pemahaman konsep dalam setelah memperoleh pengetahuan serta dari hasil dari sikap yang terbentuk selama pembelajaran yang baru terlihat dalam bentuk kecondongan tingkah laku Komarudin, 2016, pp. 95–96. Jadi tujuan utama dari penilaian keterampilan ialah sebagai pengumpulan informasi dari ukuran tingkat keterampilan peserta didik dalam belajar gerakan olahraga. Apabila dalam pendidikan jasmani mengarah dalam keterampilan gerakan dalam teknik dasar olahraga atau sejenisnya. Gerak dalam pendidikan jasmani memiliki parameter tersendiri karena untuk memantau perkembangan gerak pada tiap tingkatan kemampuan siswa Mustafa & Sugiharto, 2020, p. 214. Menurut Kusaeri & Suprananto 2012, p. 62 Tingkatan domain keterampilan atau psikomotor mengacu dalam taksonomi Harrow yang meliputi gerakan refleks, gerak dasar, gerak persepsi, gerak fisik, gerakan terampil dan non diskursif. Adapun penjelasannya disajikan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Harrow pada Domain Psikomotor Gerakan refleks reflex movement P1 Gerakan di luar kesadaran. Gerakan dasar fundamental movement P2 Gerakan terpola dan dapat ditebak yang terdiri dari gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 37 Gerakan persepsi perceptual abilities P3 Gerakan dapat lebih meningkat karena adanya persepsi. Gerakan fisik physical abilities P4 Efisiensi gerakan lebih nampak, dapat berkembang melalui latihan dan belajar yang meliputi daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kelincahan. Gerakan terampil skilled movement P5 Ketangkasan, dan cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit kompleks atau dapat disebut dengan terampil. Non diskursif Nondiscursive P6 Kemampuan untuk menyampaikan sesuatu melalui gerak tubuh. Untuk memudahkan dalam melakukan penilaian pada keterampilan menurut Komarudin, 2016, pp. 97–98 yang mengacu dalam pengelompokan tingkatan dari Kunandar dibagi menjadi 5 lima jenis jenjang proses berpikir yaitu sebagai berikut. 1 Imitasi P1, yaitu peniruan terhadap gerakan sederhana dengan sama persis dengan apa yang dilihat sebelumnya; 2 Manipulasi P2, yaitu gerakan dapat dipraktikkan hanya dengan petunjuk yang diberikan tanpa mengetahui gerakan setelah dilihatnya.; 3 Presisi P3, Keakuratan dalam melakukan gerakan sehingga produk gerakan dapat dikatakan tepat; 4 Artikulasi P4, yaitu hasil gerakan dapat dipraktikkan secara uruh sesuai dengan tingkat kompleksitas tugas gerak; dan 5 Naturalisasi P5, yaitu memiliki refleks yang tinggi dalam melakukan gerakan sehingga gerak yang dilakukan dapat disebut dengan efektif dan efisien Dalam pendidikan jasmani hasil belajar keterampilan dapat dilakukan dengan penilaian proses dan produk. Penilaian dalam proses belajar ialah usaha menyampaikan nilai dari aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam mencapai target kompetensi yang diharapkan. Sedangkan penilaian produk merupakan kegiatan guru dalam menyampaikan nilai berbasis hasil yang telah didapat oleh peserta didik setelah pembelajaran dilakukan berdasarkan ketentuan kriteria Komarudin, 2016, pp. 98–99. Tes keterampilan olahraga yang baik harus 1 memberikan ukuran kompetensi yang utama, 2 seperti dalam kondisi permainan yang sebenarnya, 3 menjadikan peningkatan kemampuan permainan yang lebih baik, 4 hanya memerlukan satu orang saja, 5 bermakna dan menarik, 6 dapat mengklasifikasikan kemampuan, 7 skor dapat diperoleh dengan objektif, dan 8 kesempatan yang diberikan tester cukup adil Winarno, 2004, p. 59. Dalam Perermendikbud RI No. 23 Tahun 2016 disebutkan bahwa berkaitan dengan teknik dan instrumen penilaian keterampilan yaitu testor orang yang mengetes misalnya guru melakukan penilaian kompetensi utama dalam keterampilan melalui penilaian unjuk kerja, yaitu penilaian mempraktikkan siswa dalam mendemonstrasikan kegiatan tertentu, penilaian portofolio serta penilaian projek. Instrumen yang dipakai dapat berupa daftar checklist atau penilaian berskala rating scale yang memuat rubrik di dalamnya. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa jenis penilaian keterampilan 1 Tes praktik ialah penilaian yang mengacu dalam mencapai kompetensi dengan cara menyuruh peserta didik melakukan aktivitas tertentu; 2 Penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan melalui cara dengan memberikan nilai dari pengumpulan semua bentuk karya peserta didik dalam ketentuan bidang yang bersifat reflektif-integratif untuk melihat keminatan, prestasi, perkembangan dan/atau kreativitas peserta didik dalam ketentuan batas waktu. Karya yang dimaksud dapat berupa aksi nyata yang dapat menggabarkan kepedulian peserta didik kepada lingkungannya; 3 Projek ialah kumpulan penugasan belajar learning tasks yang memiliki tahapan sistematis mulai dari perancangan kegiatan, Penerapan, dan menyusun laporan secara tertulis maupun lisan ketentuan batas waktu. Kriteria Penilaian Suatu alat penilaian pendidikan jasmani dan olahraga diseut baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut 1 validitas/sahih, 2 reliabilitas, 3 objektif, 4 beracuan norma, 5 tidak Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 38 memerlukan banyak dana/ekonomis, 6 mempunyai petunjuk pelaksanaan yang mudah dipahami, dan 6 pendidikan dapat terkandung didalamnya Winarno, 2004, p. 35. Validitas Suatu penilaian dikatakan valid/sahih jika dapat mengukur sesuai dengan apa yang perlu diukur. Suatu tes bisa dihitung validitasnya melalui kedua cara berikut 1 mengorelasikan nilai yang didapat dari testee orang yang dites dengan standar kriteria tertentu; 2 mengorelasikan nilai yang didapat testee orang yang dites dengan hasil penilaian dilaksanakan oleh dua atau lebih dari testor orang yang memberikan nilai tes. Kriteria validitas suatu penilaian terdiri dari 3 tiga jenis, antara lain yaitu 1 validitas isi, 2 validitas permukaan, serta 3 validitas empiris Winarno, 2004, p. 36. Dalam menentukan validitas instrumen menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment maupun koefisien korelasi ganda dari Doolittle yang kemudian dibandingkan dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi Winarno, 2004, p. 29. Reliabilitas Suatu penilaian disebut reliabel atau terpercaya jika memiliki hasil tetap atau konsisten selama tes tilakukan secara berulang kali. Reliabilitas suatu tes bisa dicari melalui 4 empat cara sebagai berikut 1 tes ulang / test-retest, 2 belah dua ganjil-genap, 3 tes yang setara, serta 4 KR-2O Winarno, 2004, p. 36. Cara menentukan reliabilitas dengan tes ulang dapat menggunakan rumus dari Winarno 2004, p. 24 berikut. rxy = ī­’ī‡¤īƒī­œī­ī¬æļˆŗīƒī­œļˆ»ļˆŗīƒī­ļˆ»ī¶„ļˆŗī­’īƒī­œī°®ī¬æļˆŗīƒī­œļˆ»ī°®ļˆ»ī€ƒļˆŗī­’īƒī­ī°®ī¬æļˆŗīƒī­ļˆ»ī°®ļˆ» Keterangan rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = jumlah testee orang yang dites X = nilai dari komponen X skor tes 1 Y = nilai dari komponen Y skor tes 2 Cara menentukan reliabilitas dengan belah dua split half yaitu pengelompokan ganjil genap dari sebuah percobaan tes dengan syarat rata-rata, standar deviasi, tingkat kesulitan harus sama Winarno 2004, pp. 24-25. Adapun menentukan reliabilitasnya dapat menggunakan rumus dari berikut. rt =  Keterangan rt = koefisien korelasi sesudah ditingkatkan rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y Cara menentukan reliabilitas dengan tes yang setara yaitu mencari koefisien korelasi yang dapat diperoleh dengan memakai korelasi Product Moment dari Pearson Winarno, 2004, p. 25. Cara menentukan reliabilitas dengan Kuder-Richardson Nomor 20 KR 20 yang hanya dapat digunakan dalam tes tulis yaitu koefisien korelasi yang didapatkan dari penentuan tingkat homogenitas, atau indeksinternal consistency yang selanjutnya membandingkan prestasi peserta didik dari satu soal ke soal lain Winarno, 2004, p. 26. Adapun rumus KR 20 digunakan apabila tidak ada asumsi tingkat kesukaran, sedangkan rumus KR 21 digunakan jika asumsi tingkat kesukaran soal sama Winarno, 2004, p. 26. Berikut ini adalah rumus KR 20 dan KR 21. KR 20 = ī­¬ī­¬ī¬æī¬µī€ƒīµˆī€ƒī­—ī­ˆī³Ÿī°®ī¬æīƒīÆ£īÆ¤ī­—ī­ˆī³Ÿī°® sedangkan KR 21 =  ļ‰€ī³  īÆ†ļˆŗīÆ”ī¬æīÆ†ļˆ»īÆ”ī€ƒīÆŒī®½ī°®ļ‰ Keterangan n = banyaknya soal Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 39  = standar deviasi keseluruhan peserta tes p = jumlah jawaban benar q = jumlah jawaban salah M = mean SD2 = standar deviasi Agar dapat menyampaikan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil Mustafa, Winarno, & Asim, 2016, p. 167, maka diperlukan komparasi reliabilitas bisa berpedoman dari ketentuan yang disajikan pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Sumber Sugiyono, 2015, p. 231 Objektivitas Suatu penilaian dikatakan objektif jika pengukuran yang dilaksanakan oleh sebagian orang didapatkan hasil yang memiliki kesamaan secara relatif. Objektivitas dapat ditentukan melalui salah satu cara dengan mengorelasikan hasil penilaian testor orang yang memberikan nilai pertama dengan testor kedua, jika hasil penilaian yang diperoleh dari kedua testor tersebut. Sebuah tes yang baik hendak mempunyai acuan ketentuan norma yang dapat dipakai sebagai komparasi terhadap skor yang didapat dari hasil tes Winarno, 2004, p. 36. Dalam menentukan objektivitas penilaian dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi dari hasil penilaian yang dilakukan oleh minimal dua penilai dengan tabel pedoman interpretasi yang telah ditentukan Winarno, 2004, p. 33. Norma Penilaian Penilaian yang baik harus mempunyai ketentuan norma yaitu sebagai menginterpretasikan hasil yang didapat dari tes yang dilakukan, dan juga mengklasifikasikan hasil yang didapat Winarno, 2004, p. 34. Penyusunan tabel norma dapat dikategorikan berdasar pada usia, tinggi dan berat badan, maupun jenis kelamin Winarno, 2004, p. 35. Ekonomis dan Petunjuk Pelaksanaan yang Jelas Penilaian yang baik perlu ekonomis yang dilihat dari segi waktu, tenaga pelaksana yang diperlukan, tempat dilaksanakannya tes, dan dana yang dikeluarkan untuk melakukan tes. Selain ekonomis, tes yang baik perlu dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan yang mudah dipahami sehingga dapat dilakukan sesuai arah dan tujuan tes dengan tepat Winarno, 2004, p. 36. Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian Pengembangan Instrumen Tes Pengembangan instrumen tes digunakan dalam mengukur kemampuan kognitif dan psikomotor. Dikarenakan aspek kognitif dan psikomotor yang dinilai berbeda maka prosedur pengembangannya juga berbeda. Adapun prosedur dalam pengembangan tes kognitif menurut Wiyono & Sunarni 2009, p. 38 antara lain 1 Penentuan tujuan tes, 2 Penyusunan kisi-kisi tes, 3 Penulisan soal, 4 Review dan revisi soal, 5 Uji coba-analisis soal-perakitan soal, 6 Penyajian atau pelaksanaan tes, 7 Pengolahan hasil tes, 8 Pelaporan, 9 Pemanfaatan hasil tes. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 40 Dari beberapa langkah tersebut, dapat disederhanakan dalam tiga langkah, yaitu perencanaan tes test planning, penyusunan tes test construction, serta uji coba dan analisis tes try out and technical analysis Wiyono & Sunarni, 2009, p. 28. Sedangkan prosedur dalam pengembangan instrumen penilaian psikomotor menurut Winarno 2004, p. 59 yang terpenting dalam keterampilan gerak dalam olahraga yang dilaksanakan guru maupun pelatih olahraga sebagai berikut 1 tes dibuat berdasarkan tujuan, 2 kemampuan yang diukur perlu diidentifikasi, 3 tes gerak perlu dipilih, 4 fasilitas dan peralatan perlu dipersiapkan, 5 melakukan ujicoba dan merevisinya, 6 menentukan subjek testee, 7 tes perlu ditentukkan validitasnya, 8 reliabilitas tes perlu diuji, 9 perlu adanya norma dalam hasil pelaksanaan tes, 10 pedoman pelaksanaan tes perlu disediakan. Pengembangan Instrumen Non Tes Pengembangan instrumen non tes cenderung digunakan dalam penilaian sikap. Adapun secara umum prosedur dari pengembangan instrumen non tes yang khususnya menggunakan skala pengukuran menurut Wiyono & Sunarni 2009, p. 32 adalah antara lain 1 Mengembangkan spesifikasi alat ukur, yang mencakup penentuan tujuan, subyek, model skala yang digunakan dan pembuatan kisi-kisi. Untuk mengembangkan kisi-kisi, perlu menetapkan definisi konseptual, yang selanjutnya dijabarkan dalam definisi operasional, lalu diuraikan menjadi indikator-indikator, 2 membuat uraian pertanyaan atau pun pernyataan, 3 perlu menelaah uraian pertanyaan atau pun pernyataan, 4 instrumen mulai dibuat, 5 mengujicobakan dan menganalisis instrumen, 6 merevisi instrumen, 7 membuat instrumen dari hasil revisi yang merupakan produk akhir, 8 melengkapi instrumen dengan skala maupun norma. Dalam mengembangkan instrumen penilaian guru harus menentukan tujuan dalam penilaian serta aspek apa yang diukur yang dapat diperlihatkan oleh siswa Martin, Horton, & Tarr, 2015, p. 28. Pengembangan Instrumen Sikap Pengembangan instrumen sikap diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Hariadi 2017, pp. 84–95 dengan judul ā€œPengembangan Instrumen Penilaian Otentik Aspek Sikap Sosial dalam Pendidikan Jasmaniā€. Adapun paparan data dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1 Analisis Produk yang akan Dikembangkan Studi dokumentasi yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peserta Diklat PLPG mulai tahun 2010 dan 2011 hanya 20% saja yang mencantumkan penilaian sikap sosial dalam kegiatan pembelajaran. Namun di samping itu hanya 18% guru mengimplementasikan penilaian sikap yang dilakukan kepada peserta didik selama kegiatan pembelajaran. 2 Pengembangan Produk Awal Adapun instrumen penilaian sikap yang dikembangkan oleh Hariadi 2017, pp. 93–95 antara lain 1 sikap jujur, 2 kerjasama 3 disiplin, 4 percaya 5 toleransi, 6 sportivitas, 7 menjaga keselamatan diri dan orang lain. 3 Validasi Ahli dan Revisi Hasil validasi ahli melalui validitas konstruk dengan memakai lembar penilaian kepada setiap butir instrumen, kategori baik didapat secara umum pada instrumen yang tersusun. Rincian hasilnya disajikan melalui Gambar 1 berikut ini. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 41 Gambar 1. Rerata Skor Validitas Ahli Konstruk Instrumen Penilaian Sikap PJOK Sumber Hariadi 2017, p. 92 4 Tahap Uji Coba Lapangan Skala Kecil dan Skala Besar Hasil uji coba dalam penelitian Hariadi 2017, p. 92 yang bertujuan menentukan uji reliabilitas menggunakan konsistensi antar observer inter rater reliability mengenai penilaian sikap berada pada kategori baik sekali dalam uji coba I dan II. Dengan rerata Inter Rater Reliability IRR adalah tahap I adalah 0,849 dan tahap II adalah 0,933. Adapun nilai reliabilitas untuk setiap kategori sikap disajikan pada Gambar 2 berikut ini. Gambar 2. Reliabilitas Instrumen Penilaian Sikap pada Uji Coba Empiris Tahap I dan II Sumber Hariadi 2017, p. 93 Dari paparan data yang telah disajikan maka apabila dianalisis berdasarkan prosedur dalam pengembangan tes afektif menurut Wiyono & Sunarni 2009, p. 32 adalah sebagai berikut. Mengembangkan Spesifikasi Alat Ukur Dalam pengembangan instrumen sikap yang dilakukan oleh Hariadi 2017, p. 90 melalui kajian literatur serta pengumpulan data observasi awal hanya dengan telaah dokumentasi RPP dan wawancara terhadap guru pendidikan jasmani. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 42 Menyusun Pernyataan atau Pertanyaan Setelah analisis produk yang akan dikembangkan maka langkah selanjutnya yang dilakukan Hariadi 2017, p. 91 adalah pengembangan produk awal berdasarkan kegiatan identifikasi serta mendefinisikan sikap, merumuskan tujuan, menentukan skenario pembelajaran yang berurutan, dan perakitan instrumen. Dengan demikian dapat dikaakan bahwa langkah prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Menelaah Penyataan atau Pertanyaan Setelah produk awal disusun maka yang dilakukan Hariadi 2017, p. 91 adalah menelaah instrumen sikap yang dibuat melalui validasi ahli dan revisi. Validasi ahli hanya dilakukan oleh pakar Guru PJOK. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Namun hendaknya validasi ahli dilakukan oleh minimal 2 justifikator. Menyusun atau Merakit Instrumen Merevisi instrumen sikap dari masukan para ahli dengan variabel instrumen sikap sosial dengan tujuh jenis sikap yang masing-masing terdiri dari 5 indikator. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Melakukan Uji Coba dan Analisis Instrumen Berdasarkan hasil uji coba dalam penelitian Hariadi 2017, p. 92 yang bertujuan menentukan uji reliabilitas memakai rumus Ebel yang merupakan keajegan antar observer inter rater reliability. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Menyeleksi, Merevisi dan Merakit Instrumen Hasil perakitan pengembangan instrumen sikap yang dilakukan oleh Hariadi 2017, pp. 93-95 antara lain 1 sikap jujur, 2 kerjasama, 3 disiplin, 4 percaya diri, 5 toleransi, 6 sportivitas, 7 menjaga keselamatan. Setiap variabel terdiri dari 5 indikator. Menyusun Bentuk Akhir Instrumen Penyusunan bentuk akhir instrumen penilaian otentik pada ranah sikap dalam kegiatan pembelajaran PJOK yang dikembangkan tersebut telah memiliki validitas dan reliabitas yang baik. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Menyusun Skala dan Norma Kelengkapan Instrumen Penyusunan skala instrumen dalam penilaian otentik pada domain sikap dalam kegiatan pembelajaran PJOK yang dikembangkan oleh Hariadi 2017, pp. 93-95 dengan tujuh sikap sosial memiliki skala 1-5. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen sikap. Pengembangan Instrumen Pengetahuan Paparan data dari pengembangan instrumen pengetahuan diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto et al. 2016, pp. 1897–1902 dengan judul ā€œPengembangan Instrumen Pengetahuan Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan PJOK Untuk Siswa Kelas XII Sekolah Menengah Atasā€. Adapun paparan data dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1 Data dari Observasi Awal di Lapangan Data observasi awal yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilengkapi dengan studi dokumentasi kepada guru PJOK SMA Negeri 1 Kediri serta didukung dengan penyebaran kuesioner kepada siswa. 2 Data Validasi Validasi yang dilakukan pada penelitian tersebut meliputi 1 ahli pembelajaran PJOK, 2 ahli bahasa 3 ahli media. Menurut Winarno 2004, p. 28 suatu alat tes yang dikatakan valid apabila Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 43 dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Selanjutnya pernyataan dari Sugiyono 2015, p. 352 untuk menguji validitas konstruk maka dapat digunakan dengan pendapat dari ahli. 3 Data Hasil Uji Coba dari Kelompok Kecil Data yang didapat dari hasil uji coba kelompok kecil terdapat 2 dua jenis, dimana yang pertama adalah data untuk melihat kualitas butir soal, sedangkan data yang kedua sebagai bukti dari tingkat kelayakan dari sajian produk yang telah dikembangkan, yaitu instrumen penilaian pengetahuan. 4 Data Hasil Uji Coba dari Kelompok Besar Data yang dididapat melalui uji coba kelompok besar memiliki 2 dua jenis, antara lain yaitu berdasarkan data yang bertujuan melihat kualitas butir soal dan data untuk menentukan tingkat kelayakan dari sajian produk yang dikembangkan berupa instrumen penilaian pengetahuan. 5 Hasil Akhir Produk Pengembangan Instrumen Pengetahuan Instrumen penilaian domain pengetahuan mata pelajaran PJOK tersebut bisa dipakai sebagai sebagai instrumen yang memiliki validitas layak untuk mendapatkan data hasil kegiatan belajar mata pelajaran PJOK peserta didik kelas XII Sekolah Menengah Atas SMA. Dari paparan data yang telah disajikan maka apabila dianalisis berdasarkan prosedur dalam pengembangan tes kognitif menurut Wiyono & Sunarni 2009, p. 28 adalah sebagai berikut. Penentuan Tujuan Tes Dari paparan data yang disajikan peneliti pengembangan instrumen pengetahuan karena bertujuan untuk mengukur kognitif siswa. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap guru PJOK dan penyebaran kuesioner terhadap siswa. Dengan pertimbangan yang matang dari kondisi lapangan untuk merumuskan tujuan penilaian, maka akan didapat hasil prestasi siswa yang berkualitas Johnson, 2005, p. 56. Jadi dengan pengumpulan data dari empat jenis instrumen tersebut maka dapat dikatakan data permasalahan yang didapat menjadi lebih akurat. Penyusunan Kisi-Kisi Tes dan Penulisan Soal Dari paparan data yang disajikan selanjutnya peneliti menyusun instrumen pengetahuan yang diawali dari kisi-kisi agar cakupan materi lebih mudah dikontrol yang selanjutnya dilakukan penulisan soal. Jadi penelitian tersebut sesuai dengan tahapan pengembangan instrumen pengetahuan mengenai penyusunan kisi-kisi sebelum menuliskan soal. Review dan Revisi Soal Agar instrumen pengetahuan memiliki keterandalan tes yang baik maka perlu dilakukan review para ahli. Dari penelitian pengembangan instrumen yang dilakukan yang terdiri 1 validasi ahli pembelajaran PJOK, 2 validasi ahli bahasa, dan 3 validasi ahli media. Jadi penelitian tersebut sesuai dengan tahapan pembuatan pengembangan instrumen pengetahuan. Uji Coba dan Analisis Soal, Perakitan Soal Uji coba pengembangan instrumen pengetahuan kepada subjek yang dituju bertujuan untuk mencari validitas dan reliabilitasnya serta tingkat kesukaran berdasarkan dari hasilnya dianalisisnya Akbar, 2013, p. 108. Dalam penelitian pengembangan instrumen pengetahuan dilakukan uji coba kelompok kecil 15 siswa dan uji coba kelompok besar 40 siswa, serta hasil dianalisis dengan program ANATES Ardyanto et al., 2016, p. 1899. Jadi penelitian tersebut sesuai dengan tahapan pembuatan pengembangan instrumen pengetahuan. Penyajian atau Pelaksanaan Tes Penyajian produk akhir dari pengembangan instrumen pengetahuan tersebut disajikan dalam bentuk tes berbasis komputer atau digital yang dapat mengacak soal tes secara otomatis beserta pilihan jawaban sehingga bisa meminimalisir tingkat ketidakjujuran peserta didik testee. Jadi penelitian tersebut sesuai dengan tahapan pembuatan pengembangan instrumen pengetahuan. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 44 Pengolahan Hasil Tes Adapun produk pengembangan instrumen pengetahuan dari Ardyanto et al. 2016, p. 1902 ini yang dikemas dalam bentuk tes berbasis komputer ini dilengkapi dengan sistem penilaian pada waktu mengakhiri sesi tes. Jadi penelitian tersebut sesuai dengan tahapan pembuatan pengembangan instrumen pengetahuan. Pelaporan Pelaporan dalam pengembangan instrumen penilaian pengetahuan tersebut berbasis komputer yang hasil penilaiannya langsung muncul, sehingga dengan demikian guru tetap dapat memberikan pelaporan dari hasil penilaian pengetahuan. Jadi penelitian tersebut sesuai dengan tahapan pembuatan pengembangan instrumen pengetahuan. Pemanfaatan Hasil Tes Berdasarkan pemanfaatan dari penelitian Ardyanto et al. 2016, p. 1902 Produk instrumen pengetahuan mata pelajaran PJOK untuk siswa kelas XII SMA bisa membuat mudah peserta didik ketika menjalankan tes domain pengetahuan, dan sekaligus bisa diketahui nilai akhirnya secaea langsung sesudah tes dijalankan. Di samping itu, dapat mempermudah tugas guru dalam melakukan koreksi penilaian pengetahuan. Jadi penelitian pengembangan instrumen pengetahuan tersebut tetap bermanfaat digunakan dalam penilaian pembelajaran PJOK dalam aspek kognitif. Pengembangan Instrumen Keterampilan Paparan data dari pengembangan instrumen keterampilan diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Fransisca 2012, pp. 47–61 dengan judul ā€œPengembangan Instrumen dan Skala Penilaian Pukulan Service Panjang Bulutangkis untuk Pemain Tunggal Putra Usia 13-15 Tahun Anggota PBSI Kota Semarang Tahun 2012ā€. Adapun paparan data dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1 Melakukan Observasi Studi Pendahuluan dan Pengumpulan Data Informasi Berdasarkan dari hasil observasi awal di lapangan yang dilakukan di klub PBSI Kota Semarang, diperoleh data bahwa kemampuan dari pukulan service panjang untuk atlet tunggal putra usia 13-15 tahun jatuhnya shuttlecock telah mencapai dan malewati zona 3/4 panjang lapangan lawan, akan tetapi belum menunjukkan seakuratan usia yang lebih tinggi SMA dan Mahasiswa. Oleh sebab itu dibutuhkan penyusunan instrumen tes dalam penilaian pukulan service panjang yang tepat dan andal. 2 Mengembangkan Bentuk Produk Awal Produk yang akan disusun berdasarkan instrumen yang telah baku, akan tetapi perlu modifikasi terhadap sasaran hasil pukulan. Penentuan target service panjang dirancang berdasarkan 1 identifikasi tujuan dari pukulan service panjang, 2 identifikasi kesesuaian dengan karakteristik atlet usia 13-15 tahun, 3 menelaah literatur yang berkaitan dengan prinsip-prinsip atau cara merakit atau mengembangkan kondisi lapangan daerah target pukulan service panjang, 4 pembuatan langkah prosedur dalam melakukan pengukuran. 3 Evaluasi Para Ahli dan Uji Coba Kelompok Kecil Adapun hasil validitas dari uji coba kelompok kecil memakai rerata korelasi dari ahli pertama, kedua, dan ketiga yang kemudia dikorelasikan melalui skor total pukulan hari pertama dan pukulan hari kedua, mendapatkan validitas dengan nilai 0,835 0,83 dan 0,834 0,83 yang dibandingkan dengan r tabel 0,497 dapat dibilang lebih besar. Sedangkan hasil reliabilitas didapatkan dengan nilai 0,971 0,97 kemudian dibandingkan dengan r tabel 0,497 dapat dikatakan lebih besar. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dari hasil justifikasi ahli dan hasil pengukuran tes ketepatan pukulan service panjang memiliki kesahihan dan keterandalan, sehingga dapat dipakai sebagai penelitian pengembangan ke tahap selanjutnya. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 45 4 Uji Coba Kelompok Besar di Lapangan Kemudian dari data hasil pengukuran tes ketepatan pukulan service panjang bulutangkis yang telah menjalankan uji coba dalam kelompok berskala besar, produk instrumen yang telah yang dikembangkan memiliki reliabilitas dengan nilai sebesar 0,978 0,98. 5 Revisi Produk Akhir Setelah melakukan uji coba sebanyak dua kali, tahap selanjutnya adlah menganalisis data dari hasil pukulan service panjang bulutangkis untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun di Kota Semarang secara umum. Dan padaakhirnya didapati sebagian besar memiliki nilai dengan kriteria baik, yaitu sebesar 26 subjek coba penelitian dan pengembangn atau 65% memiliki pukulan service panjang bulutangkis berada pada zona interval antara 36 sampai dengan 47. 6 Hasil Akhir Tes Instrumen Pukulan Service Panjang Pengembangan instrumen pukulan service panjang dengan memilah-milah zona target service panjang bulutangkis tersebut termasuk valid dan reliabel. Dari paparan data yang telah disajikan maka apabila dianalisis berdasarkan prosedur dalam pengembangan instrumen penilaian keterampilan menurut Winarno 2004, p. 59 adalah sebagai berikut. Menentukan Tujuan Dibuatnya Tes Tes dibuat dengan tujuan dari hasil studi pendahuluan melalui observasi awal dan pengumpulan data informasi di lapangan pada klub PBSI Kota Semarang, kemampuan pukulan service panjang bulutangkis untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Identifikasi Kemampuan yang akan Diukur Identifikasi kemampuan yaitu pada pemain tunggal putra usia 12-15 tahun kemampuan service panjang shuttlecock sudah melewati atau jatuh di zona 3/4 panjang lapangan lawan. Akan tetapi, belum memiliki akurasi tinggi jika dibandingkan usia diatasnya SMA dan Mahasiswa, maka dirasa membutuhkan untuk dibuatkan instrumen pukulan service panjang yang sesuai. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Memilih Butir Tes Gerak Butir gerak yang dinilai dalam pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 201247 kemampuan pukulan service panjang bulu tangkis untuk pemain tunggal putra usia 13-15 tahun. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Menyiapkan Fasilitas dan Peralatan Fasilitas yang diperlukan dalam pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 2012105 meliputi lapangan bulutangkis, net, shuttlecock, raket, meteran, dan pita. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Melaksanakan Satu Studi Percobaan dan Merevisi Butir Tes Uji coba dalam pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 201238 terdiri dari uji coba kelompok kecil 16 subjek dan uji coba kelompok besar 40 subjek. Uji coba dilakukan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitasnya Akbar, 2013, p. 108. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Memilih Subjek yang akan Digunakan Adapun subjek yang digunakan dalam pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 2012, p. 38 pemain bulutangkis tunggal putra usia 13-15 tahun PB. Sehat Kota Semarang. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Menentukan Kesahihan Butir Tes Adapun penentuan kesahihan atau validitas dari butir tes pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 2012, pp. 51–52 yaitu melalui uji coba kelompok kecil menggunakan Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 46 uji korelasi rata-rata dari ahli 1, 2, 3 selama 2 kali pertemuan. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Menentukan Keterandalan Butir Tes Adapun penemuan tingkat keterandalan atau uji reliabilitas instrumen dalam menentukan nilai koefisien dari korelasi. Pada penelitian Fransisca 2012, p. 52 menggunakan uji reliabilitas eksternal melalui uji tes-retest. Menurut Winarno 2004, p. 23 untuk melihat keajegkan hasil tes dapat melakukan tes ulang. Dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan pengembangan instrumen keterampilan. Menentukan Norma yang Dipakai Adapun norma yang digunakan dalam pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 2012, p. 59 disajikan dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6. Norma Penilaian Keterampilan Pukulan Service Panjang Bulutangkis Sumber Fransisca, 201229 Jadi dengan demikian prosedur yang dilakukan sesuai dengan kaidah pengembangan instrumen keterampilan. Membuat Panduan Tes Adapun panduan tes dari pengembangan instrumen keterampilan dari Fransisca 2012, p. 88 yaitu disajikan dalam ā€œDraf Produk Instrumen Tes Service Panjang yang Dikembangkanā€. Adapun isi dari draf tersebut adalah sebagai berikut. 1 Alat dan Perlengkapan raket, lapangan bulutangkis, shuttlecock, net, pita sepanjang net, tiang setinggi 2,438 meter, alat tulis untuk mencatat hasil pukulan. 2 Pengetes terdiri dari tiga orang, yaitu dua orang pengawas seorang diantaranya mencatat, serta satu orang yang bertugas mengambil shuttlecock. 3 Pelaksanaan a Posisi subjek atau testee berdiri di kotak batasan berbentuk persegi panjang berjarak 30 cm dari garis batas service pendek dengan panjang 70 cm dan lebar 30 cm dan berada diagonal berlawanan dengan target. b Bila ada aba-aba ā€œYaā€, testee melakukan kegiatan pukulan service panjang sebanyak 20 kali 10 kali kanan dan 10 kali kiri berdasarkan diagonal dari daerah sasaran. c Hasil pukulan service panjang dianggap sah apabila shuttlecock melewati pita pembatas setinggi 8 feet 2,438 meter dari lantai dan berjarak 5,025 meter dari net dan tidak menyangkut net. Serta dinyatakan gagal apabila shuttlecock tidak melewati pita pembatas atau menyangkut di net. d Sasaran pukulan service panjang ini adalah daerah target back boundary dengan lebar 0,76 meter, kemudian diberi skor 3 serta dua zona target di depannya, setiap bagian mempunyai lebar sepanjang 0,46 meter yang kemudian diberi skor 2 dan 1. Jika keluar dari ketentuan penilaian, maka diberi skor 0. 4 Penilaian keseluruhan tes dijumlahkan dengan jumlah shuttlecock yang masuk pada kotak-kotak penilaian dengan hasil maksimal adalah 60. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 47 KESIMPULAN DAN SARAN Instrumen yang digunakan dalam melakukan penilaian bisa dalam bentuk tes maupun non tes. Tes cenderung digunakan dalam penilaian berbasis kognitif dan psikomotor, sedangkan non tes digunakan dalam menilai aspek afektif. Dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Dalam menyusun penilaian harus memiliki kriteria 1 reliabilitas, 2 validitas, 3 objektivitas, 4 mempunyai acuan norma, 5 praktis serta ekonomis, 6 mempunyai petunjuk pelaksanaan yang mudah dipahami, dan 7 nilai pendidikan hendak terkandung di dalamnya. Dalam instrumen penilaian syarat terpentingnya adalah 1 kompetensi yang dinilai adalah dasar dari representasi substansi; 2 pola bagian-bagian dari instrumen penilaian dapat memenuhi syarat layak untuk digunakan; dan 3 bahasa yang baik dan benar serta komunikatif perlu dipakai dalam memberikan penjelasan petunjuk penilaian, sehingga akan selaras dengan level karakteristik peserta didik. Tujuan pengembangan instrumen penilaian dilakukan karena untuk memperbaiki atau belum ada instrumen penilaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pengembangan instrumen penilaian secara umum terdiri dari 1 perencanaan penilaian, 2 penyusunan penilaian, 3 uji coba dan analisis. Selain itu pengembangan instrumen juga dapat dilakukan dengan diawali dari identifikasi masalah, kemudian perancangan, validasi ahli, uji coba kelompok kecil dan besar, dan penyusunan produk akhir dari instrumen. Adapun saran yang direkomendasikan yakni jika berkeinginan melaksanakan penelitian pengembangan instrumen penilaian baik ranah sikap, pengetahuan, atau keterampilan hendaknya melakukan studi awal terlebih dahulu dalam penentuan spesifikasi produk instrumen tersebut. Langkah selanjutnya baru dapat menyusun instrumen penilaian. Kemudian melakukan validasi ahli dan uji coba instrumen. Instrumen penilaian yang dikembangkan harus memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, bernorma, praktis/ekonomis, mempunyai petunjuk pelaksanaan yang jelas dan mudah dipahami. DAFTAR PUSTAKA Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung Remaja Rosdakarya. Ardyanto, E. R., Winarno, M. E., & Adi, S. 2016. Pengembangan Instrumen Pengetahuan Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan PJOK untuk Siswa Kelas XII Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 110, 1897–1903. Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara. Budiwanto, S. 2017. Metodologi Penelitian dalam Keolahragaan. Malang FIK UM. Creswell, J. W. 2012. Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th ed.. Boston Pearson. Dunham, P. 1994. Evaluation for Physical Education. Colorado Morton Publishing Company. Fransisca, E. 2012. Pengembangan Instrumen Dan Skala Penilaian Pukulan Service Panjang Bulutangkis untuk Pemain Tunggal Putra Usia 13-15 Tahun Anggota PBSI Kota Semarang Tahun 2012. Semarang Universitas Negeri Semarang. Hariadi. 2017. Pengembangan Instrumen Penilaian Otentik Aspek Sikap Sosial Dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 161, 84–96. Hariyanto, E., & Mustafa, P. S. 2020. Pengajaran Remedial dalam Pendidikan Jasmani Mashud, Ed.. Banjarmasin Lambung Mangkurat University Press. Johnson, L. V. 2005. Choosing Appropriate Assessments. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 768, 46–56. Komarudin. 2016. Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung Remaja Rosdakarya. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 48 Kusaeri, & Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta Graha Ilmu. Martin, C., Horton, M. L., & Tarr, S. J. 2015. Building Assessment Tools Aligned with Grade-level Outcomes. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 867, 28–34. Masgumelar, N. K., & Mustafa, P. S. 2021. Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan. GHAITSA Islamic Education Journal, 21, 49–57. Mustafa, P. S., & Dwiyogo, W. D. 2020. Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21. JARTIKA Jurnal Riset Teknologi Dan Inovasi Pendidikan, 32, 422–438. Mustafa, P. S., & Roesdiyanto, R. 2021. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme melalui Model PAKEM dalam Permainan Bolavoli pada Sekolah Menengah Pertama. Jendela Olahraga, 61, 50–65. Mustafa, P. S., & Sugiharto, S. 2020. Keterampilan Motorik pada Pendidikan Jasmani Meningkatkan Pembelajaran Gerak Seumur Hidup. Sporta Saintika, 52, 199–218. Mustafa, P. S., & Winarno, M. E. 2020a. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Aktivitas Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di SMK Negeri 4 Malang. Jurnal Penjakora, 72, 78–92. Mustafa, P. S., & Winarno, M. E. 2020b. Pengembangan Buku Ajar Pengajaran Remedial dalam Pendidikan Jasmani untuk Mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Universitas Negeri Malang. Multilateral Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 191, 1–12. Mustafa, P. S., Winarno, M. E., & Asim. 2016. Pengembangan Variasi Latihan Service Atas untuk Peserta Ekstrakurikuler Bolavoli di SMK Negeri 4 Malang. Jurnal Pendidikan Jasmani, 261, 159–175. Mustafa, P. S., Winarno, M. E., & Supriyadi. 2019. Penilaian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Malang. Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 410, 1364–1379. Nurrochmah, S. 2016. Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani dan Keolahragaan. Malang Universitas Negeri Malang. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Slamet, & Maarif, S. 2014. Pengaruh Bentuk Tes Formatif Assosiasi Pilihan Ganda dengan Reward dan Punishment Score pada Pembelajaran Matematika Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 31, 59–80. Sugiyono. 2015a. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alphabeta. Sugiyono. 2015b. Statistika untuk Penelitian. Bandung Alfabeta. Syamsussabri, M., & Sueb, S. 2018. Need Analysis of Materials and Media Biology Teaching for High School Students Around the Location of People Gold Mining. International Conference on Mathematics and Science Education ICoMSE, 175–180. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Winarno, M. E. 2004. Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta Center for Human Capacity Development. Biormatika Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan p-ISSN 2580-6335, e-ISSN 2461-3961 Vol. 8 No. 1 Bulan Februari 2022 , Hal. 31 – 49 49 Wiyono, B. B., & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran. Malang FIP Universitas Negeri Malang. ... One of the efforts that can be done to overcome these problems is by developing an assessment instrument for caring attitudes and the competence of students' science knowledge. Assessment is basically a systematic and continuous process or activity to collect information about the process and learning outcomes of students in order to make decisions based on certain criteria and considerations Kurniawati & Mawardi, 2021;Mustafa & Masgumelar, 2022. To realize student success in learning, we need a quality learning and the use of appropriate instruments so as to facilitate students to achieve the learning objectives that have been planned Sinaga, 2020;Widowati et al., 2017. ...... Several studies that have been conducted previously revealed that the attitude assessment instrument developed was feasible, valid and reliable to be applied in the learning process Apriyana et al., 2019;Mustafa & Masgumelar, 2022. Other research reveals that the social attitude assessment instrument developed is very feasible to be developed and used in thematic learning of third grade elementary school students Kuntoro & Wardani, 2020. ...... The second supporting factor for success is the instrument for assessing the attitude of caring and the competence of students' science knowledge is practical which makes it easy for teachers to use and understand. Instrument development is an effort made in compiling an assessment instrument based on an analysis of the needs of teachers and students Mustafa & Masgumelar, 2022;Nugroho & Airlan, 2020. An instrument is said to be good if it meets three conditions, namely validity, reliablity, and visiblity Apriyana et al., 2019;Kuntoro & Wardani, 2020. ...Luh Gede Ayu Rusiana Dewi Made GunamanthaI Made Citra WibawaThe attitude of students' concern for the surrounding environment is still relatively low, this is due to the lack of use of assessment instruments in assessing student attitudes. The purpose of this study is to analyses the design and tests the feasibility of the instrument of caring attitude and science knowledge competence. This research belongs to the type of development research, using the ADDIE development model. The subjects involved in this study were 2 lecturers and 3 fourth grade elementary school teachers. Data was collected using field study, observation, questionnaire, and test methods. The data obtained in the study were then analyzed by testing the validity and reliability of the instrument. The results of data analysis showed that the validation obtained an average percentage for the content aspect of adequate, the aspect of the social science technology model 80% adequate, the format aspect 82% very feasible, the language aspect 93% very feasible and 82% presentation aspect very decent. Furthermore, the reliability test showed the results of the reliability coefficient values for the test instrument and the questionnaire instrument were and respectively. This value is in the range of < r this shows that the reliability of the two instruments used in this study is very high. Based on these results, it can be concluded that the assessment instrument for caring attitudes and science knowledge competencies are valid and reliable category so that it is very feasible to be developed and used in the learning process.... Instrument penilaian merupakan alat bantu yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengukur kemampuan siswa Firmansyah et al., 2021;Nugroho et al., 2021. Melalui penggunaan instrument guru akan dapat mengetahui kemampuan serta ketercapaian belajar siswa, sehingga nantinya guru dapat menetukan apakah proses pembelajaran yang dilakukan telah terlaksana dengan baik atau belum Mustafa & Masgumelar, 2022. Dalam proses pembelajaran guru wajib menggunakan instrument penilaian agar penilaian yang diberikan benar-benar sesuai dengan kemampuan anak dan tidak didasarkan pada hasil pengamatan saja Dhini et al., 2019;Taufik & Mus'id, 2020. ...... Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa instrument tes yang dikembangkan mampu mengukur kemampuan literasi jasmani siswa anak. Keberhasilan proses pengembangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah Pertama, instrument yang dikembangkan telah memenuhi syarat instrument penilaian yang baik, yakni mampu mengukur kemampuan siswa dengan tepat, sehingga nilai yang diperoleh siswa sesuia dengan kemampuan yang dimiliki Mustafa & Masgumelar, 2022. Penyusunan instrument yang tepat akan dapat membantu untuk mengukur kemampuan siswa. ...Teti Nurul Fathiyati Rahmat PermanaYopa Taufik SalehPenilaian kemampuan literasi jasmani di sekolah dasar dilaksanakan hanya berdasarkan pada hasil pengamatan guru, sehingga berdampak pada adanya ketidaksesuaian antara nilai yang didapat dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk membuat bentuk instrument tes, dengan menguji kelayakan produk yang dikembangkan dengan prinsip kesesuaian, kemudahan dan kemanan. Penelitian ini tergolong kedalam jenis penelitian pengembangan yang dikembangkan dengan model pengembangan Bord & Gall yang terdiri dari 7 tahap pengembangan. Populasi dalam penelitian ini yakni siswa sekolah dasar yang berada pada rentang usia 8-12 tahun. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel yakni 122 siswa dengan kriteria berada di kelas 4 sampai 5 dan telah berusia 8 sampai 12 tahun. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang tidak terstruktur, dengan Instrumen pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen validitas draf. Data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes literasi jasmani domain kompetensi fisik memiliki kriteria tes berupa nilai validitas yang sangat tinggi dan reliabilitasnya sedang, dimana nilai validitas TLJSD-DKF untuk siswa putra sebesar dan putri sebesar Sedangkan nilai reliabilitas tes literasi jamani domain kompetensi fisik untuk siswa SD putra sebesar dan putri sebesar Pendidikan jasmani menurut Rozi et al., 2021 pendidikan jasmani adalah seperangkat kegiatan jasmani seseorang yang menekankan pada keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial, ketika memposisikan pendidikan jasmani, ada juga fakta bahwa kontribusi penjas terhadap proses kehidupan masyarakat secara keseluruhan melalui pengalaman latihan aktivitas fisik. Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan kondisi tubuh dan keterampilan seseorang dalam aspek motorik serta pengetahuan yang dikelola melalui aktivitas fisik yang sistematis menuju pembentukan manusia yang utuh dan bertujuan untuk pengembangan organik individu dan kelompok, fisik, intelektual, dan emosional Mustafa & Masgumelar, 2022. ...Taopik QurohmanBambang IsmayaEvi SusiantiTujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana problematika guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggambarkan bagaimana problematika guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang, subjek dalam penelitian ini adalah 1 kepala sekolah, 1 guru pendidikan jasmani, dan 4 orang siswa untuk diwawancarai. Teknik pengumpulan data dalam yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekniik reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian tentang problematika guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad karawang menyatakan bahwa untuk permasalahan yang dihadapi serta faktor penghambat guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran keterbasannya biaya untuk membeli bahan-bahan modifikasi dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memodifikasi media pembelajaran karena banyaknya fasilitas olahraga yang ada di sekolah sudah rusak, sedangkan untuk gambaran guru dalam memodifikasi media pembelajaran berdasarkan wawacara dengan narasumber guru kurang memahami pengetahuan tentang memodifikasi fasilitas olahraga dalam melakukan pembelajaran praktek di lapangan guru selalu mengandalkan lingkungan di sekitar sekolah, selain itu karena minimnya fasilitas yang ada di sekolah memaksakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, karena kurangnya pengetahuan guru dalam memodifikasi media pembelajaran biasanya guru penjas di Madrasah Tsanawiyah Ghoyatul Jihad Karawang selalu mengandalkan dana bantuan operasional sekolah untuk membeli sarana dan prasarana olahraga yang sudah rusak.... Penilaian sikap ini termasuk kedalam penilaian watak yang terdiri dari penilaian sikap, konsep diri, ketertarikan, moral, dan nilai Kuntoro & Wardani, 2020;Kusaeri, 2019. Penilaian sikap biasanya digunakan untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik pada ranah sikap Fadli & Hidayati, 2020;Mustafa & Masgumelar, 2022;Wulandari & Radia, 2021. Penilaian sikap ini harus dikembangkan untuk memahami perubahan sikap dari peserta didik pada pembelajaran tersebut Magdalena et al., 2021 Saftari & Fajriah, 2019. ...Raja Hulan Dari Ramadhani Zaka Hadikusuma RamadanPenilaian ranah sikap masih belum optimal pada pelaksanaanya karena kurangnya sosialisasi tentang pemahaman penilaian sikap, kurangnya buku penunjang atau pedoman guru dalam penilaian sikap, dan minimnya pemahaman guru atas penilaian sikap. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses guru dalam melakukan penilaian sikap sesuai dengan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif kualitatif, dengan subjek penelitian yakni 1 orang guru pendidikan agama islam. Pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi, dokumentasi, dan wawancara, dengan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara. Data hasil penelitian kemudian dianalisis secara deskritptif kualitatif dengan tahapan mereduksi data, menyajikan data, dan yang terakhir yakni menarik simpulan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perencanaan penilaian sikap, guru sudah menyusun rencana penilaian ke dalam indikator pembelajaran silabus dan RPP guru yang meliputi aspek-aspek penilaian, seperti teknik dalam menilai sikap, dan cara dalam membuat instrumen penilaian. Pada pelaksanaan penilaian sikap pengimplementasiannya belum sesuai dengan perencanaan penilaian yang telah disusun sebelumnya. Kendala dalam penilaian sikap terbagi menjadi 2 hal pokok seperti teknis dan nonteknis. Kendala teknis yang terjadi yaitu kemampuan guru dalam mengoperasikan aplikasi penilaian, sedangkan kendala nonteknis yakni pemahaman guru terhadap penilaian sikap itu sendiri. Upaya dalam mengatasi hambatan penilaian sikap yaitu guru harus melakukan tindak lanjut secara tepat dan terus mengevaluasi perkembangan sikap peserta didik secara berkala.... Assessment is an important part of the learning process Aboalela & Khan, 2016;Mustafa & Masgumelar, 2022. Assessment of adaptive physical education from the cognitive aspect is a benchmark carried out by teachers for their students which aims to determine students' knowledge abilities. ...Andry AkhiruyantoTaufiq Hidayah Dewangga YudhistiraHarinda FahmiAdaptive physical education is a type of physical education geared toward children with special needs, such as intellectual disabilities. Of course, there must be an assessment in learning to see if the results taught from the cognitive, affective, and psychomotor perspectives were achieved. The goal of this research was to learn more about how physical education learning outcomes were assessed in schools for students with intellectual disabilities in Semarang. The research method used was descriptive. This method aims to describe the events and circumstances that occurred. The research approach used was qualitative. Data were gathered through observation, interviews, and documentation. The informant for this study was a Semarang-based special school teacher SLB who teaches physical education classes. The findings revealed that teachers had difficulty making assessments for mentally retarded students even though the assessment was still conducted as it should. It was determined that the teacher conducted a cognitive, affective, and psychomotor assessment of physical education learning and modified the assessment indicators to find appropriate standards. Meanwhile, the assessment was carried out based on the students' Nahdi T. WalingaPenelitian ini bertujuan Untuk memperoleh gambaran seberapa besar keinginan remaja untuk memilih karir menjadi atlet dan memperoleh informasi faktor pendukung dan faktor penghambat pemilihan karir remaja memilih atlet di Kecamatan Sinjai Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan paradigma kuantitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode survei. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan mengenai pilihan remaja untuk memilih karir menjadi atlet di Kecamatan Sinjai Barat. Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa sebanyak 58% remaja usia 10 sampai dengan 19 Tahun di Kecamatan Sinjai Barat memiliki keinginan yang tinggi untuk menajadi atlet. Adapun hal utama yang paling mndorong keinginan remaja tersebut adalah faktor dorongan dari lingkungan. Dimana berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan ditemukan bahwa, kebanyakan orang-orang yang bertempat tinggal di Kecamatan Sinjai Barat berprofesi sebagai atlet. Meskipun kebanyakan masih bukan atlet profesional, namun nyatanya hal inilah yang memicu semangat para remaja untuk terus mengembangkan diri sehingga dapat menjadi atlet yang lebih profeisional. Hal lain yang juga menjadi pelecut semangat remaja untuk memilih karir menjadi atlet adalah bakat alami yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, ditemukan kenyataan bahwa kebanyakan remaja telah memiliki bakat alami dalam bidang olahraga, sehingga hanya perlu dipoles sedikit untuk dapat menjadikannya seorang atleTKata kunci Remaja, Karir, AtletNadiyah Azzahra Sjaifuddin SjaifuddinSepti KurniasihKonsep IPA bersifat abstrak sehingga memerlukan pembelajaran kontekstual untuk menumbuhkembangkan kognitif siswa. Salah satu upayanya adalah dengan menerapkan pembelajaran dan penilaian yang mengukur tingkat kemampuan secara utuh, seperti penerapan penilaian diagnostik pada tingkat HOTS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan keterbacaan instrumen tes HOTS berbasis 3TMC tema menjaga tekanan darah. Penelitian ini mengacu pada model Thiagarajan yang terdiri dari 3 tahapan yaitu define, design, dan develop. Instrument tes yang dikembangkan dinilai oleh 2 orang dosen ahli materi, 2 orang dosen ahli evaluasi, 3 orang praktisi, dan 30 siswa kelas VIII SMP. Pengumpulan data menggunakan lembar wawancara, lembar validasi, dan angket keterbacaan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa 92,1% instrumen tes berada dalam kategori sangat valid sehingga dapat digunakan sebagai alat evaluasi. Selanjutnya produk direvisi dan direduksi hingga memperoleh persentase keterbacaan 86,5% kategori sangat baik yang menunjukkan bahwa produk memuat materi yang dapat dipahami, disajikan secara menarik, ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami, serta penyajian tabel dan gambar sudah sesuai. Kata kunci Instrumen Tes HOTS; 3TMC; Menjaga Tekanan DarahSistem pendidikan secara dinamis berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu yang menjadi tren akhir ini adalah teori belajar konstruktivisme. Tujuan dari artikel ini adalah mengkaji pembelajaran konstuktivisme dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini adalah studi pustaka, yang mengumpulkan sumber referensi untuk dianalisis kemudian ditarik kesimpulan. Hasil sumber yang ditemukan yaitu pembelajaran konstruktivisme adalah model pendekatan alternatif yang mampu menjawab kekurangan paham behavioristik yang beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi bentukan dari kita yang menganalisis dan simpulkan. Ciri khas dari karakteristik konstruktivisme yaitu; 1 belajar aktif, 2 bersifat otentik dan situasional, 3 menarik dan menantang, 4 pengaitan pengetahuan lama dengan informasi baru, 5 merefleksikan pengetahuan, 6 guru sebagai; 7 guru dapat memberi bantuan dalam menempuh proses belajar. Pinton Setya MustafaRoesdiyantoTujuan dari artikel ini adalah memberikan informasi tentang pembelajaran yang menganut teori konstruktivisme melalui model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan PAKEM dalam materi permainan bolavoli pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Teori belajar konstruktivisme memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuan konseptual melalui fasilitasi guru. Aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK pelaksanaan melibatkan kegiatan bergerak untuk mencapai kompetensi. Permainan bolavoli merupakan salah satu materi yang menjadi dalam pembelajaran gerak PJOK. Prinsip pembelajaran PJOK adalah melibatkan siswa untuk aktif dan senang ketika aktivitas melakukan fisik. Model PAKEM merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran bolavoli pada siswa kelas VII SMP. Model PAKEM membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui variasi pembelajaran yang disajikan oleh guru. Kesimpulannya dengan model PAKEM siswa dapat aktif, kreatif, efektif, dan senang selama pembelajaran bolavoli dalam PJOK disajikan. Guru perlu melakukan inovasi secara berlanjut untuk merancang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta Hariyanto Pinton Setya MustafaBuku ini disusun sebagai salah satu upaya menambah bahan bacaan maupun informasi pengetahuan bagi mahasiswa pendidikan jasmani dan kesehatan atau pendidikan olahraga yang menempuh mata kuliah pengajaran remedial dalam pendidikan jasmani sebagai mata kuliah bidang studi. Selain itu, buku Pengajaran Remedial dalam Pendidikan Jasmani ini diharapkan juga dapat dimanfaatkan oleh calon pendidik serta guru-guru pendidikan jasmani sebagai bahan bacaan tentang pengajaran remedial maupun dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani dalam satuan pendidikan khususnya dalam pelaksaan remedial pada peserta didik. Buku ini berisi tentang; hakikat belajar dan mengajar; hakikat kesulitan belajar; faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar; belajar tuntas mastery learning; diagnosis kesulitan belajar; penetapan kriteria ketuntasan minimal KKM; program pengajaran remedial; prosedur pengajaran remedial; pengajaran remedial keterampilan gerak. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca semua dan dapat digunakan sebagai pengayaan wawasan dan sebagai pedoman dalam melakukan pengajaran remedial khususnya dalam pendidikan ini bertujuan mengevaluasi penerapan pendekatan saintifik dalam aktivitas belajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK pada kurikulum 2013 di SMK Negeri 4 Malang yang meliputi aspek perencanaan, proses pembelajaran, dan penilaian. Model penelitian evaluasi yang digunakan adalah discrepancy model kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini dengan sampel 3 Guru PJOK dan 191 siswa yang diajar oleh guru tersebut. Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan meliputi dokumentasi, observasi, dan kuesioner. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pada aspek perencanaan pembelajaran tergolong sangat baik, sedangkan pada aspek proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar masih dalam kategori baik. Berdasarkan hasil secara keseluruhan mengenai penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PJOK termasuk kriteria baik. Secara umum rekomendasi yang diberikan yaitu hendaknya perencanaan yang telah disusun juga dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan penilaian. Kata-kata kunci evaluasi, pembelajaran, pendidikan jasmani, pendekatan the game of volleyball it is necessary to start the service techniques. Overhand service is one type of service with the technique of hitting the ball with one hand and impact the ball with your hands over the front of the head. Based on observations made on extracurricular volleyball at SMK Negeri 4 Malang, namely the process of training service on only done with the drill in the service area. This research aims to develop a variety of training service on volleyball. Research and development using procedural models of Borg and Gall were modified to 7 steps. Product development services on a variety of exercises is valid and practical to use for participants extracurricular volleyball at SMK Negeri 4 Malang. Product development consists of nine product specifications. Abstrak Dalam memulai permainan bolavoli diperlukan teknik service. Service atas adalah salah satu jenis service dengan teknik memukul bola dengan satu tangan dan perkenaan bola dengan tangan berada di atas depan kepala. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada ekstrakurikuler bolavoli di SMK Negeri 4 Malang, yaitu proses latihan service atas hanya dilakukan dengan drill di area service. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan variasi latihan service atas bolavoli. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model prosedural dari Borg and Gall yang dimodifikasi menjadi 7 langkah. Produk pengembangan variasi latihan service atas ini valid dan praktis digunakan untuk peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMK Negeri 4 Malang. Produk pengembangan ini terdiri dari 9 spesifikasi produk. Kata kunci variasi latihan, service atas, ekstrakurikuler bolavoli. Permainan bolavoli merupakan salah satu olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat. Hal tersebut dibuktikan bahwa permainan bolavoli sering dilakukan di daerah perkotaan maupun di pelosok-pelosok desa. Selain itu, permainan bolavoli dapat dimainkan dengan berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Menurut Sudarsini 201322 "permainan bolavoli adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari enam orang pemain, setiap regu berusaha untuk dapat menjatuhkan bola ke dalam lapangan lawan melewati di atas net, dan mencegah pihak lawan dapat menjatuhkan bola ke dalam lapangannya". Menurut Roesdiyanto 1992 1 "dalam memainkan permainan alam permainan bolavoli masing-masing regu berhak memainkan tiga kali pantulan atau sentuhan kecuali perkenaan waktu mem-bendung tidak diperkenankan memainkan memukul bola dua kali berturut-turut". Dengan demikian dapat dikatakan per-mainan bolavoli adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu tiap regu terdiri dari enam orang yang dibatasi oleh net dan setiap regu berusaha menjatuhkan bola ke lapangan lawan melewati atas net, dengan cara bermain yaitu setiap regu berhak memainkan bola maksimal tiga kali sentuhan atau pukulan kecuali sentuhan block atau membendung namun setiap pemain tidak boleh memainkan bola lebih dari dua kali secara purpose of this study was to evaluate the implementation of the assessment of knowledge and skills PESH in Junior High School Malang City. This study uses an evaluation approach using the model discrepancy. The results of this study on the implementation of the assessment of knowledge and skills can be said to be good. This is because the assessment document is not necessarily the same as the material in the Lesson Plan. Recommendations for the assessment of knowledge should the knowledge assessment rubric be arranged clearly, practically, qualifying questions with a high level of thinking and varied. Recommendations for skills assessment should be clear assessment rubrics, according to student characteristics, practical, and varied. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan penilaian pengetahuan dan keterampilan PJOK pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan evaluasi dengan menggunakan discrepancy model. Hasil penelitian ini pada pelaksanaan penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dikatakan baik. Akan tetapi, dokumen penilaian belum tentu sama dengan materi pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rekomendasi untu penilaian pengetahuan sebaiknya rubrik penilaian pengetahuan disusun dengan jelas, praktis, soal berkualifikasi berlevel kognitif tinggi dan bervariasi. Rekomendasi untuk penilaian keterampilan sebaiknya rubrik penilaian jelas, sesuai karakteristik siswa, praktis, dan merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan memiliki keterampilan motorik yang baik, maka dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Tujuan artikel ini adalah membahas tentang karakteristik keterampilan motorik pada manusia. Keterampilan motorik dapat terjadi karena faktor pertumbuhan dan keadaan individu yang mengharuskan untuk bergerak. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan keterampilan motorik cenderung dieksplorasi dan ditingkatkan melalui pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Guru pendidikan jasmani menjadi agen yang penting dalam membentuk keterampilan motorik yang baik pada peserta didiknya. Oleh karena itu pemahaman dan implementasi untuk memberikan layanan kepada peserta didik dalam meningkatkan keterampilan motorik sangat penting. Setelah manusia tumbuh dewasa maka keterampilan motorik salah satu faktor yang dapat menunjang dari artikel ini membahas tentang kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK di Indonesia abad 21. Kurikulum merupakan rancangan berupa isi untuk mewujudkan tujuan pendidikan. PJOK bagian dari integral pendidikan secara keseluruhan yang menjadi peran dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul. Kurikulum di Indonesia selalu mengalami perubahan karena menyesuaikan perkembangan zaman yang terus dinamis. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam PJOK isi kurikulum tidak hanya tentang keterampilan gerak dan kesehatan jasmani saja, namun peserta didik dituntut untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkolaborasi, Perubahan yang paling menonjol dalam kurikulum pendidikan jasmani abad 21 itu yaitu dalam pembelajaran jasmani tidak hanya melibatkan perlengkapan olahraga saja, namun sumber belajar yang berasal dari kemasan teknologi modern perlu diberikan. Jadi kurikulum pendidikan jasmani disusun agar menghasilkan manusia yang memiliki kesehatan dan keterampilan yang baik dalam tantangan global di abad 21. Selain itu juga diperlukan guru PJOK yang profesional untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum PJOK. The purpose of this article discusses the curriculum of physical education, sports, and health PESH in 21st century Indonesia. The curriculum is a design in the form of content to realize educational goals. PESH is an integral part of overall education which plays a role in producing superior human resources. The curriculum in Indonesia is always changing because it adapts to the development of a dynamic era. The results of this study indicate that in PESH the curriculum content is not only about physical skills and physical health, but students are required to be able to think critically, creatively, and be able to collaborate, the most prominent changes in the 21st century physical education curriculum that is not in physical learning only involves sports equipment, but learning resources derived from the packaging of modern technology need to be provided. So the physical education curriculum is structured to produce people who have good health and skills in the global challenges of the 21st century. In addition, professional PESH teachers are needed to understand and implement the PESH penelitian ini adalah mengembangkan produk berupa buku ajar mata kuliah pengajaran remedial dalam pendidikan jasmani untuk mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan PJK Fakultas Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Malang UM. Model penelitian dan pengembangan ini menggunakan model konseptual yang diadaptasi dari Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate ADDIE. Instrumen yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan penyebaran angket. Adapun analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari evaluasi ahli materi diperoleh persentase sebesar 89,84% sangat valid, hasil uji coba kelompok kecil sebesar 89,53% sangat valid, dan hasil uji coba kelompok besar diperoleh persentase sebesar 88,60% sangat valid. Produk buku ajar mata kuliah pengajaran remedial dalam pendidikan jasmani ini terdiri dari 9 Bab dan disertai contoh. Buku ajar ini valid dan praktis digunakan dalam perkuliahan pengajaran remedial dalam pendidikan study aims to determine the needs of materials and media for teaching biology for high school students around the location of people gold mining. This type of research is descriptive quantitative with survey methods. The research instrument is a questionnaire supported by interviews. This research was conducted at SMAN 1 Lembar which is located around the community gold mining location. The research subjects were 85 students of class XI Mathematics and Natural Science MIPA and biology teachers of class X MIPA. Samples were taken by purposive sampling. The results showed that the application of modules as teaching materials was very low by 6%. Teaching materials that are often used are textbooks by 58%, while media that is often used is Information and Communication Technology ICT by 58%. From the results of the needs analysis to students and teachers shows that students need teaching materials in the form of modules to be more focused and systematic in the learning process with the help of ICT media to support the learning process.

kesimpulan penjelasan singkat mengenai sikap dan keterampilan yang dimiliki